Seorang wanita datang ke rumah sahabatnya. Dari kejauhan sebelum mengetuk pintu, terdengar isak tangis begitu keras. Sahabatnya membuka pintu.
"Kenapa lagi?" katanya. Wanita itu tersungkur bersimbah tangis di dada. "Dia selingkuh!" teriak wanita itu begitu keras. Sahabat mencoba menenangkan.
"Bagaimana bisa? Kapan?" tanyanya. Sambil menyeka tangisan, wanita itu kembali merengek. "Saya lihat dia bersama wanita lain di kafe itu," katanya masih dengan tetesan air mata.
"Sudah, tenang, tenang. Masih banyak kok lelaki lain. Kalau ia tertangkap nakal sekarang, berarti ia bukan yang terbaik untukmu," kata sahabatnya.Â
"Tapi kamu gak tahu, betapa saya mencintainya! Kamu gak tahu betapa besar pengorbanan saya baginya. Kamu pun tidak tahu, betapa sakit rasanya diselingkuhi!" wanita itu sedikit menyentak. Tangisnya berubah jadi amarah.
Anda pernah sadar?
Mungkin kasusnya lain pada hidup Anda. Saya pribadi juga pernah mengalami. Betapa kita begitu tenang dan mampu berpikir jernih memberi solusi untuk masalah orang lain. Sementara jika terjadi sendiri, entah kenapa solusi itu rentan hilang. Mengapa ini lazim terjadi?
Kita tidak menderita kerugian
Sebagai pihak yang memberi solusi, kita tidak menderita kerugian. Dalam ilustrasi, sahabat dalam keadaan baik-baik saja. Tidak ada yang diderita, seperti kondisi wanita itu yang sedang tersakiti.
Orang cenderung bisa berpikir tenang saat tidak mengalami gangguan. Kejernihan mengambil solusi dan mencari pencerahan lebih mudah terjadi.