Waktu kecil sepulang sekolah dasar, saya masih ingat benar, seorang bapak membuka lapak dagangan di trotoar depan sekolah. Bapak itu sudah sepuh dan sederhana sekali. Berpakaian seadanya dan menggelar jualan.
Sebuah benda berbentuk lingkaran cakram berbahan karet dengan bagian tengah yang terbelah dua. Pada bagian itu, terdapat lilitan tali yang ujungnya dikaitkan pada sedikit kain yang dirangkai melingkar sehingga bisa masuk ke salah satu jari tangan.
Harganya begitu murah dengan berbagai warna. Saya dan teman-teman langsung mengerubuti. Lumayan, mencari hiburan setelah lelah les sore hari.
Ada yang tanpa lama mengambil uang dari saku untuk membeli. Ada yang membawa sendiri dari rumah dan sekadar membandingkan. Ada yang bertanya-tanya tetapi tidak membeli (kebiasaan siapa ini? Hahaha...). Saya termasuk yang tergiur membeli. Zaman itu, Yoyo sedang naik daun sebagai permainan anak.
Kami kembali ke dalam halaman sekolah dan bermain. Kain dimasukkan ke jari dan cakram Yoyo dilemparkan ke sana kemari. Cakram itu berputar dan seperti ditembakkan ke arah anak lain.
Ada yang mampu membuat Yoyo berputar lama. Merangkai tali berbentuk segitiga dan Yoyo diputar-putar di dalamnya. Ada yang menurunkan Yoyo berulang-ulang dari atas ke bawah. Biasanya jari tengah (lebih besar dari jari lain) yang lebih sering berperan sebagai pengikat ujung tali Yoyo.
Saat itu, senang sekali kami. Siapa yang paling apik memperagakan cara bermain Yoyo, menjadi pemenang. Ya, kompetisi tetap ada tidak sekadar saat belajar. Bermain pun terasa. Hahaha...
Gasing berputar seperti Yoyo
Ada satu lagi permainan yang hampir sama seperti Yoyo, sama-sama menggunakan tali untuk memutar. Benda ini juga dinilai terbaik jika lebih lama berputar. Jika Yoyo terikat pada tali dan kebanyakan mengambang di udara, Gasing berputar di tanah.
Dari dokumentasi TV Tempo, diberitakan Gasing adalah permainan tradisional populer pada masyarakat Riau. Dimainkan baik generasi muda maupun tua.
Bahkan di sana terdapat ajang kompetisi bermain gasing. Ada dua cara bermain. Gasing Uri, di mana gasing yang paling lama berputar di tanah setelah terlepas dari tali yang menang.
Gasing Pangkah, di mana satu gasing akan diadu dengan gasing lain. Gasing yang paling kuat dan masih berputar adalah pemenang.
Terkait cara bermain Gasing Pangkah, saya jadi ingat satu permainan virtual di Playstation berjudul Beyblade. Kartunnya pun ada setiap Minggu pagi dulu.Â
Animasi keren. Dari gasing tiap-tiap pemain bisa keluar seperti bayangan hewan-hewan garang (naga, ular, dan lainnya), yang sesekali diperlihatkan bertengkar ingin menang, seperti layaknya gasing yang sedang diadu.
Asal-muasal Yoyo dan Gasing
Dari Wikipedia, keduanya secara jelas masih samar asal usulnya.Â
Sampai saat ini (Yoyo) masih belum diketahui secara pasti dari mana permainan ini berasal. Namun, kemunculan permainan Yoyo ini diduga dari bangsa Yunani, India, dan China.Â
Anehnya, permainan ini lebih terkenal di Inggris dan Perancis pada abad ke-18. Yoyo telah dimainkan oleh bangsa Yunani sejak tahun 500 Sebelum Masehi (SM). Dalam sejarah kemunculan Yoyo, China menjadi negara yang lebih dipercaya menjadi tempat munculnya permainan Yoyo.
Sedangkan Gasing:
Gasing merupakan salah satu permainan tradisional Nusantara, walaupun sejarah penyebarannya belum diketahui secara pasti. Di wilayah Kepulauan Tujuh (Natuna), Kepulauan Riau, permainan gasing telah ada jauh sebelum penjajahan Belanda. Sedangkan di Sulawesi Utara, gasing mulai dikenal sejak 1930-an.
Adakah makna hidup dari Yoyo dan Gasing?
Saya pikir tidak semua mainan perlu dimaknai. Tidak perlu pula anak-anak berpikir keras tentang apa filosofi kehidupannya. Sekadar gembira melihat suatu benda berputar lebih dari cukup.Â
Namanya juga anak-anak, lebih dianjurkan untuk lebih banyak bermain, menikmati masa kanak-kanak.
Dari sisi kebersamaan, Yoyo dan Gasing memang lebih asyik jika dimainkan bersama kawan. Ada saling berbagi ilmu seputar cara memainkan. Ada cengkerama hangat dan pertemanan terjalin erat.
Bisakah Yoyo dan Gasing bertahan di tengah gempuran permainan daring?
Saya tidak bisa menjawab. Pada kenyataan, masing-masing memang punya zaman keemasan sendiri. Yoyo sudah mengambil tempat di hati saya dan mengisi kenangan indah selama kanak-kanak. Gasing pun begitu pada sebagian kita.Â
Kehadiran mereka sebagai permainan tradisional sekiranya perlu mendapat perhatian lebih. Mungkin bisa dibuat sedemikian rupa bentuknya sehingga lebih memikat.
Dibuat kompetisi rutin antaranak seperti di Riau, menandingi geliat kontes permainan daring yang begitu marak sekarang, juga boleh. Disertai pula dengan hadiah yang menarik.Â
Itu hanya bisa terjadi jika kita memang tidak ingin Yoyo dan Gasing tinggal sebagai kenangan yang perlahan menghilang.
...
Jakarta
2 Agustus 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H