Jangan mengeluh bukan pembenaran atas ketidakmauan kita mendengar keluhan.
Tidak semua orang berhasil pula mencari alasan untuk bersyukur ketika keluhan datang. Emosi yang memuncak juga menguasai pikiran bijak.
Ceritakan pada Yang Kuasa pun selamanya benar. Tetapi, tidak berarti diri pribadi menutup untuk menerima keluhan. Kalau semua berdasar pada masing-masing punya masalah sendiri, sehingga jangan merepotkan orang dengan keluhan, semua akan mati dengan beban masing-masing.
Itulah stres yang saya derita. Pemikiran saya tertutup benar dengan ajaran positif yang tidak membolehkan sama sekali saya mengeluh.Â
Entah, saya salah memahami atau bagaimana, sejauh pengalaman dahulu, boleh dikatakan (tidak bermaksud sombong), kehadiran saya di tengah-tengah komunitas agama sangat menjadi berkat.
Saya pun tidak punya teman terlalu dekat untuk bercerita soal keluh kesah kehidupan. Saya hanya berbagi kebahagiaan, kebaikan, traktiran, dan seterusnya, yang membuat mereka senang.
Saya pun kalah akhirnya dan mencapai titik stres.
Semakin ke sini...
Beruntung, saya menemukan jalan melepas stres. Pertama, saya melatih diri untuk berhati-hati mengatakan jangan mengeluh. Saya belajar memberi diri mendengar keluhan dan bercerita keluhan kepada teman.
Keluhan sebetulnya tidak selalu negatif. Semisal, melihat hal benar tetapi dikerjakan salah, yang membuat hati gundah, itu termasuk. Hal-hal yang tidak beres di depan mata sesuai nilai kebenaran wajib dikeluhkan. Kalau tidak, berarti kita abai dengan sekitar.
Kedua, saya memutuskan menulis. Dalam menulis, khusus cerpen, saya menuangkan segala isi pikiran dan perasaan tanpa menimbang-nimbang saya harus menjadi orang yang positif dinilai orang.