"Tunggu sebentar ya, Pak. Saya panggilkan bellboy," ujar seorang resepsionis hotel. Seorang tamu duduk di lobi. Tidak berapa lama, seorang pemuda berpakaian hitam rapi mendekat.
"Mari saya antar," ujar pemuda itu. Ia mengambil dua koper sang tamu dan menaruhnya pada alat dorong. Ia mengantar barang itu tepat sampai di depan kamar sang tamu. Sang tamu mengeluarkan sejumlah uang dari dompet. "Terima kasih ya, Mas," katanya sambil menyerahkan tip.
Menurut Damardjati (2001:16), Bellboy merupakan pesuruh di hotel yang membantu tamu hotel untuk mengantarkan barang-barang bawaannya ke dan dari kamar hotel, atau tugas-tugas suruhan lainnya.Â
Dari ajar.id, tertera sebagian tugas bellboy, di antaranya: membukakan pintu hotel untuk tamu, membantu membawakan barang bawaan tamu dengan menggunakan trolley sampai ke kamar, menjemput tamu dari lokasi penjemputan, dan seterusnya.
Dari sana, tersimpulkan bahwa membantu tamu membawa barang sampai ke kamar adalah tugas bellboy. Bellboy dibayar oleh perusahaan untuk itu.
Mengapa kita memberi tip untuknya? Adakah itu sebagai ucapan terima kasih atas bantuannya? Bukankah itu sudah pekerjaannya? Adakah keharusan untuk memberikan? Mengapa sebagian kita masih sering melakukan bahkan mungkin malah tidak enak jika tidak memberikan?
Tidak hanya bellboy, kepada petugas parkir pun begitu. Pelayan restoran tidak terkecuali.
Data jumlah masyarakat Indonesia yang biasa memberi tip
Berdasarkan beritasatu (17/4/2014), pernah dilakukan penelitian atas negara-negara mana saja yang kerap memberi tip. Mereka diperingkatkan dan Indonesia termasuk salah satunya.
Survei MasterCard terhadap 16 negara di kawasan Asia-Pasifik menyebutkan, sekitar sepertiga atau 33% dari total warga Indonesia biasa memberikan uang tip di restoran.