pekerjaan rumah tangga didominasi dikerjakan oleh kaum Hawa.
Sebagian lelaki identik dengan tidak lebih rapi dibanding perempuan. Selalu melekat di benak kita,Saya dulu begitu. Kerap abai dengan kebersihan kamar dan menggeletakkan busana yang baru dicuci, sembarangan. Dulu sekali. Sekarang, sudah berubah.
Saya memandang kerapian dan kebersihan bukanlah tugas perempuan atau lelaki. Bukan pula sebuah perbuatan yang harus atau tidak dikerjakan. Tetapi, lebih kepada kesadaran pribadi untuk kepentingan diri sendiri.
Suatu kali, karena terlambat bangun pagi, saya terlambat pula masuk kantor. Sebenarnya, bisa tidak melewati jam presensi. Hanya, oleh sebab bingung mencari di mana saya letakkan kemeja kantor beserta perlengkapannya (betapa memakan waktu), akhirnya keterlambatan terjadi.
Saya tidak mau terulang. Cukup sakit potongan penghasilan karena keterlambatan. Akhirnya, saya ubah kebiasaan. Saya juga semakin mantap untuk tetap melestarikan kebiasaan itu, dengan pemahaman bahwa kerapian dan kebersihan merupakan dua dari sekian banyak nilai luhur dan baik yang diajarkan agama.
Setidaknya, tidak perlu harus perilaku hebat dan besar untuk berbuat demi agama. Dengan menjaga kerapian dan kebersihan, kita sudah beragama. Menjalankan perintah agama.
Kebiasaan melipat dan menata baju
Setelah busana selesai dicuci dan disetrika, tibalah kebiasaan untuk melipat dan menatanya. Bau harum dari pewangi pakaian cukup menyegarkan. Melihat baju-baju kesukaan masih terawat baik, sangat menyenangkan.
Saya kerap mengecek satu demi satu bagian busana, apakah ada yang bolong atau tidak (biasanya bagian ketiak). Apakah sudah bersih semua atau masih ada noda. Setelah beres, mulailah saya mengorganisasi peletakan baju.
Menyamakan tipe dalam satu kotak
Saya memakai lemari tinggi bertipe kotak-kotak. Ada lima kotak yang bisa ditarik bahkan dilepaskan. Mudah ditemui di toko barang rumah tangga.