Seorang lelaki duduk santai di atas bangku taman. Ia memandang begitu indah hijau-hijauan pepohonan. Ada air mancur menyala di tengah lapangan.
Perhatiannya terganggu sejenak pada sebuah benda. Benda itu berkarat bagian atasnya. Berbentuk kotak besar dengan tulisan sedikit samar di bagian tengah. "Siapa yang mau isi saran di sini?" tanyanya dalam hati.
Apakah Anda masih menemukan kotak saran akhir-akhir ini? Di mana Anda biasa menyaksikannya? Apakah Anda sempat mengisinya? Atau, jangan-jangan sekadar berminat saja tidak?
Pada beberapa tempat pelayanan publik, kotak saran bisa ditemui. Entah itu bank, taman, mal, dan lainnya. Meskipun kotak, ada sebagian yang bentuknya dirangkai sedemikian rupa agar menarik perhatian.Â
Ada pula sekadar kotak bening transparan, di mana kertas-kertas saran di dalamnya dapat terlihat. Kotak ini diletakkan pada satu tempat dan ajek, bertuliskan "kotak saran" pada salah satu sisinya.
Sejarah kotak saran
Dari wikipedia, dituliskan:
Daniel W. Voorhees, Senator AS dari Indiana pertama kali memperkenalkan kotak saran pada tahun 1890. Voorhees menyebut kotak ini sebagai "Kotak Petisi". Seperti kotak saran, kotak ini memberikan ruang bagi orang Amerika untuk membagikan tanggapan mereka.
Pemerintah federal mendorong pekerja pabrik untuk memberikan saran tentang bagaimana meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Selama bertahun-tahun, metode-metode pengumpulan gagasan semacam ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, mencakup kertas isian umpan balik yang dapat dikirim melalui pos, seperti kartu bertuliskan "Kami menghargai masukan Anda" atau "Bagaimana layanan kami hari ini?" yang ditemukan di beberapa restoran.
Permintaan untuk memberikan tanggapan dilakukan melalui telepon, seperti survei sukarela di akhir transaksi dengan pusat panggilan, atau bahkan ajakan yang tercetak pada nota pembelian untuk menelepon dan menyelesaikan survei kepuasan pelanggan (terkadang ditawarkan dengan diskon produk), atau penempatan formulir umpan balik di situs web lembaga. Â
Kotak saran sebagian besar difungsikan untuk menyampaikan saran dari pengguna layanan kepada pemberi layanan. Bisa berupa masukan, aduan, keluhan, yang ketiganya bermaksud memperbaiki kualitas pelayanan.
Namun, pada zaman ini, apakah kotak saran masih relevan dan menarik digunakan?
Beberapa kelemahan terkait kotak saran
Tidak praktis
Kotak saran seyogianya tidak disediakan sendiri. Harus ada seperangkat alat tulis (seperti bolpoin tergantung pada seutas tali) dan kertas kecil sebagai tempat menulis.
Pada kenyataan, tidak semua menyediakan. Pengunjung harus mencari dulu kedua peralatan itu sekadar untuk mengadu. Tidak praktis, bukan?
Memakan tempat
Kotak saran ada yang digantung di dinding, ada yang diletakkan pada sudut satu ruangan dengan berdiri pada kaki-kakinya. Ukurannya pun relatif. Ada besar, ada pula kecil.
Bila ukuran ruangan kecil, kehadiran kotak saran sedikit banyak memakan tempat dan menciptakan suasana semakin sempit, karena ketambahan barang.
Tidak terawat
Kotak saran yang terletak pada fasilitas pelayanan terbuka (outdoor), seringkali penampakannya tidak terawat. Terkena sinar matahari, air hujan, debu dan asap motor, dan polusi lain.
Bentuknya meskipun tetap, mulai terlihat ada karat di mana-mana. Lumut boleh jadi tumbuh. Bercak-bercak cokelat menempel. Jika tidak dibersihkan, semakin kotor penampilannya.
Keengganan pengunjung
Sejalan dengan tidak terawat, pengunjung merasa enggan menggunakan. Saya pribadi risih. Terkadang, tulisan "kotak saran" sudah pudar. Orang jarang mengenali bahwa itu kotak saran, selain karena bentuknya.
Interaksi tidak bisa langsung
Yang terutama adalah hal ini. Kotak saran tidak menimbulkan interaksi langsung antara pemberi saran dengan penanggapnya. Saran yang dimasukkan butuh waktu untuk dibaca.
Biasanya, dikumpulkan pada periode tertentu, melihat banyaknya kertas saran. Pemberi saran rata-rata tidak suka dengan ada jangka waktu penanggapan saran. Semua keluhan ingin lekas dijawab.
Potensi pengganti kotak saran
Pada satu sisi, peran kotak saran perlahan digantikan dengan layanan yang menggunakan teknologi. Aduan, saran, dan masukan lebih cepat diketahui dan ditanggapi.
SMS aduan
Ada yang menerakan nomor ponsel untuk dikirim SMS aduan saja. Penulisan saran dan biodata pemberinya lebih mudah dan cepat dilakukan karena menggunakan ponsel.
Aplikasi perpesanan aduan
Semakin canggih, sekarang banyak tersedia fasilitas aduan lewat aplikasi perpesanan, semisal WA. Seringnya, tinggal klik nomor (jika tertera pada situs daring) dan langsung terhubung ke pihak bersangkutan.
Call center
Ada pula yang menyediakan nomor untuk komunikasi telepon langsung antarpihak, baik pengeluh maupun penyedia layanan. Ini lebih disukai, karena hubungan timbal balik (tanya jawab) terjadi. Meskipun, terkadang menyedot pulsa telepon lebih banyak. Hehehe...
Situs penyedia
Fasilitas aduan terakhir yang boleh dipakai adalah situs penyedia layanan. Pemberi saran disilakan mengakses situs bersangkutan dan menulis keluhan di sana.
Kata-kata penutup...
Pada akhirnya, sebagian hal harus berubah seiring perkembangan teknologi. Kepraktisan dan kecepatan lebih disukai sebagian besar masyarakat. Hal-hal berbau manual perlahan ditinggalkan.
Kita tidak bisa menampik, itu terjadi di lapangan. Tidak terkecuali nasib kotak saran. Akankah keberadaan kotak saran tetap eksis? Tergantung oleh para penggunanya.
Apakah Anda sekarang ini masih mengadu lewat kotak saran?
...
Jakarta
7 Juli 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H