Semasa Covid-19, saya kira visi sebagian besar pemimpin, baik di keluarga, kantor, organisasi, maupun sampai negara, adalah untuk memberantasnya.Â
Meminimalisir penderita dan mengurangi dampaknya di berbagai sisi kehidupan. Semua pemimpin ingin hidup semakin baik dan berhasil melewati serangan "penjajah" Covid-19.
Kita sebagai anggota harus punya kesamaan visi. Kita dukung visi pimpinan dengan mengejawantahkannya dalam perbuatan di tataran teknis.Â
Contoh nyata: sebisa mungkin di rumah saja, mengenakan masker ganda, menjaga jarak, tidak membuat kerumunan, rajin mencuci tangan, dan penerapan berbagai protokol kesehatan lain.
Pantang menyerah
Gelar pahlawan disematkan kepada orang-orang yang pantang menyerah, berjuang demi kebaikan bangsa. Sampai titik darah penghabisan, beliau-beliau tetap percaya, tujuan perjuangan bukan hal mustahil untuk dicapai.
Covid-19? Apakah kita telah lelah berjuang menghadapinya? Apakah semangat mulai pudar karena seakan-akan tidak selesai, bahkan mungkin dianggap semakin parah?
Kita harus pantang menyerah. Masa sulit sewaktu Covid-19 pasti suatu waktu terlewati, jika kita terus bertahan dan tetap berjuang. Lakukan hal-hal terbaik yang telah diarahkan pimpinan. Kita tidak boleh kalah.
Simpati dan empati yang melimpah
Semangat perjuangan yang begitu membara yang tersemat di dada para pahlawan sangat terpantik karena melihat keadaan di sekitar yang menyedihkan.Â
Ada penjajahan yang merugikan. Ada pembodohan dan ketidakadilan dialami masyarakat. Simpati dan empati beliau-beliau sangat peka, sehingga begitu ingin mengubahnya.