Secara tidak langsung ini bisa memengaruhi nafsu makan saya. Jika kotor dan berdebu, saya berpikir dua kali untuk makan. Sekadar masuk saja enggan.
Penjual ramah
Ini salah satu bagian penting, terutama ketika hendak tambah. Penjual yang sigap dipanggil, enak diajak ngobrol, ramah saat melayani, sesekali berbicara sambil tersenyum, adalah nilai plus yang seyogianya dipertahankan agar warung ramai pembeli.
Pembeli adalah raja. Pembeli ingin dilayani baik. Apalagi ini masalah perut. Saya yakin, penjual yang ramah kebanyakan didatangi banyak pembeli.
Konsisten buka
Terkait jadwal penjualan, warung yang konsisten buka akan lebih kerap didatangi. Pembeli tahu, warung selalu sedia menjual makanan. Jika terjadwal, boleh dikunjungi pada jam sekian sampai sekian.
Pelanggan tidak mau, sudah jauh-jauh datang, tiba-tiba warungnya tutup. Apalagi tanpa alasan. Sebagian mungkin kecewa. Saya termasuk yang tidak suka.
Mendukung usaha kecil
Sempat kita dengar selama Covid galak kemarin-kemarin -- sekarang kembali galak -- sebagian warung nasi terancam bangkrut. Tidak dimungkiri, jika mereka sepi pembeli, sementara barang yang dijual tidak mampu bertahan lama, modal yang digunakan tidak seberapa, uang tidak bisa diputar untuk beli bahan, biaya sewa tempat terus berjalan, tentu membuat para penjual warung nasi sangat terpuruk keadaannya.
Sekarang mereka berusaha bangkit. Semua sebaiknya menopang dan mendukung. Kita sebagai masyarakat dapat turut andil dengan membeli makanan di tempat mereka.
Ya, inilah alasan saya lebih suka makan di warung nasi daripada di restoran atau mal. Saya juga orang kecil, jadi tahu bagaimana kondisi sesama orang kecil.