Seorang wanita meletakkan kepalanya di atas perut seorang lelaki. Ia sedikit tersenyum. "Wah! Papa baru menikah sudah "hamil". Mama saja belum isi-isi nih!" katanya sembari menggoda dan mengelus perut suaminya yang buncit itu.
Suaminya hanya tertawa. Ia mendengar dan memahami candaan istrinya yang kerap kali diulangi. Kendati sesekali tersinggung, ia memilih mengalah dan diam.
Berapa banyak artikel tentang body shaming yang telah Anda baca? Apa saja bagian fisik yang kerap mengalami body shaming? Sudahkah Anda hitung total keluhan dan kekecewaan yang tertulis di media massa soal body shaming?
Berhubung artikel ini berbahasa Indonesia, untuk selanjutnya kita ganti body shaming dengan celaan fisik.
Dari ketiga pertanyaan di atas, adakah Anda membacanya berdasarkan tulisan seorang pria? Saya yakin jarang. Betapa langka. Rata-rata kaum hawa yang sering dan begitu lantang menyuarakannya. Sangat berani dan beberapa di antaranya adalah pernyataan korban secara langsung.
Kita sudah mafhum, celaan fisik identik dengan penghinaan fisik atas tubuh wanita. Entah itu dipercakapkan langsung atau dijadikan bahan bercandaan saat kumpul bersama.
Ada yang tersinggung. Tidak terima bagian fisiknya dilecehkan. Bisa berhari-hari menjadi pikiran. Menyesakkan perasaan dan menjengkelkan. Jika tidak mampu mengendalikan emosi, marah di tempat mungkin terjadi.
Sementara pria, apakah tidak pernah mengalaminya?
Pengertian celaan fisik
Sebelum membahas lebih lanjut, ada baiknya kita pahami celaan fisik itu apa. Wikipedia bilang:
Celaan fisik (bahasa Inggris: body shaming) adalah tindakan mencemooh atau mengejek penampilan fisik seseorang. Cakupan celaan fisik sangat luas dan dapat mencakup celaan gemuk, celaan kurus, celaan tinggi badan, celaan rambut, warna rambut, bentuk tubuh, otot seseorang, atau kekurangannya, celaan penampilan (ciri wajah), dan dalam arti yang paling luas dapat mencakup celaan tato dan tindik atau penyakit yang meninggalkan bekas fisik seperti psoriasis.Â
Jika saya berpendapat, celaan fisik adalah menyatakan kekurangan fisik yang dialami seseorang baik secara verbal maupun nonverbal --semisal mentertawakan-- di depan orang dan menimbulkan rasa sakit hati pada orang yang sedang dicela.
Contohnya gampang. Jika antarteman sudah tidak lama bertemu, kemudian sekali waktu boleh berjumpa, terkadang kita kelepasan karena heran dengan perubahan bentuk fisik teman itu.
Kemudian kita bilang, "Kamu gendutan ya, sekarang?" Apa yang terjadi pada teman itu, bagaimana hatinya menanggapi perkataan kita, hanya ia yang tahu. Secara normal, kebanyakan kita tidak suka disinggung terkait perubahan fisik yang tidak ideal.
Kejadian Bobocu
Baru-baru ini saya menyaksikan peristiwa viral tentang seorang pemuda yang mengikuti gaya K-Pop. Ia mengubah penampilannya menjadi salah satu publik figur dari Korea Selatan.
Sebelum dan sesudah perubahan banyak ditampilkan di media massa. Ketika ia menggunakan kostum yang mendukung, terutama masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya, para penonton terpukau akan penampilannya. Benar-benar seperti publik figur yang ditirukan.
Setelah viral, diundanglah ia ke salah satu stasiun televisi swasta. Saya lihat rekamannya. Salah satu pengisi acara sempat berceletuk bahwa ia lebih baik mengenakan masker daripada melepasnya. Lebih ganteng.
Saya langsung berpikir. Apakah secara tersirat itu tidak menyatakan bahwa telah ada celaan fisik pada pemuda itu? Belum lagi komentar orang-orang di media sosial yang lebih keterlaluan.
Contoh celaan fisik lain terhadap laki-laki
Masih banyak celaan fisik yang sekiranya jika dilontarkan berpotensi menyinggung perasaan pria. Mungkin Anda berpikir, tidak sampai sejauh itu pria memasukkan dalam hati. Tetapi, satu dua pasti ada.
Boleh jadi celaan berupa kepala botak yang tipis rambutnya. Muka yang penuh jerawat seperti tidak dirawat. Di sana-sini ada tahi lalat dan bopeng-bopeng bekas jerawat.
Lelaki bertubuh pendek kurang tinggi sehingga terkesan tidak gagah. Perut gendut, maju terlalu depan melebihi karier. Badan kurus kerempeng tanpa otot seperti kurang makan.
Sebagian pria abai dan masa bodoh
Sebagian pria santai dalam menanggapi penilaian fisik itu. Terutama bagi yang telah laku alias sudah menikah, mereka tidak terlalu peduli dengan perubahan fisik yang dialami.
Bagi yang mengutamakan kepandaian pikir dan kebaikan perilaku, penampilan fisik juga tidak terlalu diperhatikan. Pria memang konon lebih bermain logika daripada perasaan. Mereka paling hanya tertawa dan menerima diri apa adanya. Memang sudah begini. Mau bagaimana lagi?
Sebagian lagi sangat peduli
Sebagian lagi sangat sensitif terhadap penampilan. Mereka berolahraga rutin guna membakar lemak dan perut tetap terlihat sixpack. Mereka membeli produk-produk perawatan wajah khusus pria.
Satu jerawat timbul terkadang jadi beban pikiran. Ada juga yang mencari pemutih wajah, agar muka kusam terlihat cerah dan menarik. Saya yakin, upaya ini selain untuk menjaga penampilan, meminimalisir pula ucapan-ucapan celaan fisik yang menyinggung perasaan itu.
Akhir kata...
Celaan fisik tidak hanya terjadi pada wanita. Pria pun ada. Kendati pria tidak lebih lantang menyuarakannya, bukan berarti semena-mena celaan fisik terhadap pria dibenarkan.
Baik pria maupun wanita, keduanya wajib menjaga cakap. Tidak menyinggung perasaan masing-masing melalui celaan fisik. Masing-masing sudah tahulah bagaimana cara bercakap penuh sopan dan santun.
...
Jakarta
15 Juni 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H