Pada satu sisi, kita merasa lega setelah marah. Ada emosi yang tertumpahkan. Ada unek-unek yang terkatakan. Ada kepuasan memberitahu yang benar kepada pelaku pelanggaran. Kita serasa di atas angin. Kita seperti beroleh hak untuk marah karena lebih benar darinya.Â
Ahli psikologi menunjukkan bahwa orang yang marah sangat mungkin melakukan kesalahan karena kemarahan menyebabkan kehilangan kemampuan pengendalian diri dan penilaian objektif (Raymond, 2000).
Berdasarkan pengalaman, saya melihat selain lega, ada perasaan tidak enak hati karena kesalahan-kesalahan yang timbul setelah marah. Jika tidak diselesaikan, ini mengganggu mental kita. Terkadang bisa menjadi beban pikiran.
Apa saja yang mengganggu ketenteraman hati kita seusai marah?
Sadar telah melukai orang
Siapa yang kesukaannya ingin dimarahi? Siapa yang biasa saja saat dimarahi orang? Siapa yang berharap terus dimarahi? Saya pikir tidak ada. Kita sepakat, marah adalah energi negatif yang semua orang tidak ingin mendapatkannya.
Ada perasaan terluka saat marah terjadi. Keadaan yang seolah-olah orang yang dimarahi disalahkan terus-menerus dan disudutkan menjadi penyebab suatu masalah besar.
Menyesal karena marah pada orang yang disayang
Beberapa waktu setelah marah, kita baru sadar bahwa amarah yang dilepaskan ditujukan untuk orang yang disayang. Orang yang kita cintai dan telah berbuat baik bagi kita.
Baik anak, saudara, teman dekat, maupun sahabat. Mereka adalah tempat kita berbagi suka dan duka. Tidak ada mereka, hidup terasa hampa. Memarahi mereka seakan sebuah penyesalan besar. Bagaimana bila mereka pergi menjauh?
Tahu ada potensi hubungan yang bisa rusak