Seorang lelaki menghentikan langkah. Matanya menyimak dengan begitu cermat sebuah akuarium berisikan beberapa ikan yang menarik perhatiannya.Â
Ikan itu berukuran jumbo. Perutnya menggelembung. Berwarna oranye, putih, dan merah. Pada sisiknya, muncul bintil-bintil kecil seperti timbul layaknya mutiara.
"Berapa Mas, harganya?" tanya lelaki itu pada penjualnya. "Tujuh puluh lima ribu, seekor," jawab penjualnya. Lelaki itu merenung sejenak. Ia amati kembali ikan-ikan itu.
Saya rasa, sebagian Kompasianer tahu benar bahwa saya seorang pehobi ikan hias. Dua artikel saya membuktikannya. Keduanya menyabet Artikel Utama. Sila baca:
Ya! Saya tidak pernah bercanda bila menulis perihal kebahagiaan seputar ikan hias kepada Anda. Cukup saya yang merasakan pengalaman pahit, menyedihkan, dan memedihkan.Â
Kedua tulisan di atas berikut tulisan ini adalah sari pati pengalaman selama tiga tahun memelihara ikan hias, yang saya bagikan secara ikhlas, agar Anda tidak mengalami: bagaimana ikan yang baru dibeli, mati saat dipindah ke akuarium rumah, bagaimana penyakit dari ikan baru menular dan membuat ikan lain terserang, dan betapa pedih membeli sampai mengalami kerugian besar.
Berhubung materi selanjutnya serius, izinkan ikan-ikan saya sejenak menyegarkan mata Anda.
Mengenal dua tipe penjual
Pasar ikan hias adalah salah satu tempat bermain saya. Berpuluh-puluh penjual telah saya temui. Saya berbicara dengan mereka dan menyaksikan dagangannya. Kesimpulannya, saya petakan jadi dua.
Ada penjual yang jujur, ada pula apa adanya. Keduanya sekilas baik. Tetapi, yang jujur lebih baik daripada apa adanya. Penjual jujur akan memajang ikan dagangannya, hanya yang berkualitas baik pada setiap etalase akuariumnya.
Sementara penjual apa adanya menampilkan seluruh ikan hias yang dipunyainya, baik yang sehat maupun sakit. Saya tebak, penjual ini tidak mau rugi banyak.Â
Ya, bayangkan, jika ikan sakit tidak terjual, maka ada potensi keuntungan yang berkurang. Ia telah mengeluarkan uang untuk membeli itu. Jika tidak dijual, berarti ia menombok biaya pembeliannya. Bodoh amat, jika pembeli tertipu atasnya.
Tip memilih ikan sehat
Oleh sebab itu, atas tipe penjual kedua, saya bagikan tulisan ini. Bila Anda berminat membeli ikan hias, baca baik-baik sampai selesai. Saya jamin, jika benar-benar menerapkannya, Anda terbebas dari pengalaman buruk saya.
Lihat pergerakan ikan
Kendati ada sebagian ikan yang memang kelakuannya sering berdiam di dasar akuarium dan sesekali berpindah, sebagian besar ikan lain suka berenang-renang, hilir mudik ke sana sini dalam akuarium.
Pilihlah ikan yang aktif bergerak. Ikan seperti ilustrasi di atas, hari ini saya temukan terdiam di bagian sudut akuarium. Ikan Mas Koki Mutiara Tikus tidak seperti itu bila sehat.
Saya sempat tanya kepada penjualnya, mengapa ikan itu hanya diam. Ia bilang bahwa ikan itu memang suka berdiam di dasar. Saya tertawa dalam hati. Ia pikir, saya anak kemarin sore di dunia perikanan. Saya langsung mengindikasikan ikan itu sakit.
Coba beri makanan
Jika diizinkan penjual, cobalah sedikit beri makanan ikan -- biasanya pelet -- untuk ikan yang hendak Anda beli. Naluri ikan adalah suka makan. Terlebih ikan Mas. Ia terlalu rakus.
Ikan sehat adalah ikan yang mau makan. Jika pelet tidak ia pedulikan, Anda patut curiga, ikan itu sakit. Tanya kepada penjual, kapan ia memberi makan ikan itu. Bila baru saja, mungkin karena kenyang, ikan itu tidak mau makan. Tetapi, bila telah sedari lama, kasih lampu kuning sebelum membelinya.
Goda lewat kaca
Sejalan dengan pemantauan pergerakan, Anda bisa memancing ikan dengan menggodanya lewat kaca akuarium. Sentuhkan jari Anda pada kaca dan lihat reaksi ikan.
Jika ikan begitu bersemangat dan mudah responsif, mendekat dan mengikuti setiap pergerakan jari Anda, ikan itu sehat. Terlebih lagi, sudah jinak. Patut Anda pilih ikan seperti itu.
Perhatikan sisiknya
Ikan sehat adalah ikan yang sisiknya tidak tampil aneh. Semisal warnanya putih, ya, keseluruhannya putih. Atau oranye, keseluruhannya pun oranye. Jika ada bintik-bintik cokelat yang melekat, ikan itu sakit.
Kembali ke ilustrasi. Saya diperbolehkan menyentuh ikan Mutiara itu dalam akuarium. Saya ambil ikan dari sudut di dasar. Saya naikkan ke permukaan air dan saya amati sisiknya. Ternyata, sedikit sisiknya berwarna cokelat. Ikan itu memang tidak sehat.
Keberadaan ikan dalam akuarium penjual
Ini perlu ditanyakan kepada penjual sebelum membeli ikan. Ketika ikan-ikan tertentu berpindah dari tangan penyalur ke penjual, tidak langsung dijual. Ikan itu akan menyesuaikan diri dengan akuarium dan air baru.
Tentu, ia tidak seketika aktif bergerak. Ada penjual yang terbuka dan mengatakan bahwa ikan itu baru saja datang. Biasanya, ia akan menambahkan obat agar ikan tidak stres. Ikan diam dalam akuarium baru bukan pertanda sedang sakit.
Menawar, wajib hukumnya
Satu lagi bonus untuk Anda. Setiap membeli ikan hias di pasar, Anda wajib menawar. Memang, biaya pengantaran, pemeliharaan, sampai pengobatan ikan dalam akuarium secara langsung dibebankan penjual pada Anda. Itu tidak bisa ditawar. Tetapi, untung penjual bisa.
Saya pernah mendapatkan ikan dengan harga yang telah saya tawar hampir separuhnya. Semisal, harganya lima puluh ribu. Saya tawar menjadi tiga puluh ribu. Saya praktikkan taktik pura-pura pergi dan datang kembali jika penjual memanggil -- ini kerap berhasil lho.Â
Bayangkan, jika saya tetap membeli seharga lima puluh ribu. Jika banyak ikannya, betapa besar kerugian saya. Betapa untung penjual itu. Ingat! Penjual tidak mau rugi. Kita wajib cerdik menghadapinya.
Akhir kata...
Saya sudah berbagi. Giliran Anda mempraktikkannya. Semoga, kebahagiaan yang diperoleh melalui melihat, bersama, dan bermain dengan ikan hias tidak berkurang, karena kekecewaan mendapatinya sakit seusai membeli.
...
Jakarta
9 Juni 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H