Jika Anda pernah melihat coretan kata-kata mengandung unsur kebencian, kata-kata kotor, umpatan, cacian, dan makian pada dinding-dinding ruang publik, itu termasuk vandalisme.
Saya jadi berpikir, mengapa tidak kita kumpulkan saja para pelaku vandalisme itu, lalu dibina dan dikembangkan kemampuannya oleh seniman mural dan grafiti, sehingga bisa melukis keduanya?Â
Perusakan lingkungan lewat ketidaksedapan pandangan mata tentu berkurang. Selain itu, kegemaran mereka mencorat-coret tembok menjadi lebih berguna.
Kehadiran mural dan grafiti bagi manusia
Anda pasti sepakat, baik Mural maupun Grafiti adalah sebuah seni yang indah. Kehadirannya punya nilai tambah. Selain bisa menjadi ladang penghasilan bagi seniman yang dipekerjakan, ada lagi manfaatnya:
Menggembirakan hati
Bagi pecinta warna, pasti perhatiannya tersita sejenak. Permainan gradasi warna dari terang menyala, sedikit pudar, agak tipis, sampai samar-samar, yang diatur sedemikian rupa, mampu memikat mata.
Saya sendiri sebagai pecinta warna biru suka memandangnya. Ada kesegaran air laut sekilas terasa. Ada semangat dalam warna muda birunya. Apalagi jika ditampilkan bersih. Betapa indah.
Lingkungan menjadi asyik
Saya tahu, dinding awal grafiti di dekat kediaman sungguh jelek. Ada tembok yang retak-retak. Warnanya pun begitu kusam. Setelah dicat kembali dan terlukis grafiti, hal itu tidak tampak lagi.Â
Beberapa anak dan ibu-ibu saya lihat sering bermain dan ngobrol di dekatnya. Dinding itu menjelma menjadi lingkungan berkumpul dan bercengkerama yang asyik.