Seorang lelaki menerima sebuah amplop cokelat dari seseorang di kantornya. Hatinya berdebar-debar. Sudah empat tahun lalu, peristiwa ini dialaminya. Betapa ia menunggu saat itu tiba kembali.
Ia membuka amplop. Ada sebuah kertas putih bertuliskan angka-angka, yang ia kenal betul artinya. Ia meluruskan kertas yang masih berlipat itu. Ia membacanya cermat. Ia begitu senang. Dompetnya lebih tebal dari biasanya.Â
Apa yang dinanti para pekerja pada tanggal 1, 25, dan 31 setiap bulan? Mungkin ada tanggal lain, tetapi kebanyakan itu. Jika Anda jawab gaji, benar sekali. Selanjutnya saya sebut penghasilan.
Untuk para pekerja kantoran, penghasilan diperoleh sebagai upah dari sebulan bekerja. Ada yang dibayar di muka atau di akhir seusai bekerja. Tergantung sistem penggajian kantornya.
Sementara untuk pengusaha mandiri semisal pedagang, penghasilan berbentuk nilai omset dari hasil penjualan barang-barang, setelah dikurangkan segala macam biaya. Semua suka menerima penghasilan. Bukti balasan konkret dari tetesan keringat, pemberian tenaga, dan pemerasan pikiran.
Keinginan berpenghasilan besar
Setiap orang juga suka menerima penghasilan yang kian tahun kian besar. Sebisa mungkin minimal setimpal dengan hasil pekerjaan mereka. Besaran penghasilan ini menjadi pertimbangan sebagian orang, untuk memilih bekerja atau tidak, bertahan bekerja atau pindah, pada suatu kantor atau perusahaan.
Yang buruh ingin penghasilannya naik. Pegawai kontrak ingin naik status menjadi pegawai tetap. Otomatis kepastian penghasilan ada. Pegawai tetap ingin naik jabatan ke tingkat lebih tinggi. Penghasilan otomatis naik, mengikuti beban kerja. Selain itu, ada pula kenaikan penghasilan berkala yang dinilai dari pertambahan waktu dan konsistensi bekerja.
Kendati besar kecil nilai penghasilan relatif di mata tiap-tiap orang, bisa sekilas kita ukur dari upah minimum regional yang ditetapkan pihak berwenang.