Kita tentu tahu, sebagai penulis -- apa pun genrenya -- waktu adalah segalanya. Jika sampai taraf hobi, setiap ide yang berdatangan, kapan pun saatnya, tangan dan otak ini ingin segera menganalisis dan menuliskannya.
Saat menulis, kita butuh ketenangan dan konsentrasi penuh. Ada yang dilakukan tengah malam atau subuh-subuh, dengan maksud belum banyak aktivitas dan tiada gangguan.
Ada yang keranjingan tanpa mengenal waktu. Ketidaksabaran mengabadikan ide membuatnya menulis setiap waktu. Seperti saya. Akhirnya, secara tidak sadar, badan saya kurang bergerak. Saya lupa, kapan terakhir saya sengaja berolahraga. Kapan badan ini berkeringat?
Menulis tidak mungkin berkeringat. Kecuali, dalam ruangan pengap dan banyak barang. Tidak mungkin pula ada penulis yang sengaja menulis di sana.
Berkeringat itu Baik
Setelah saya membaca sebuah artikel, saya menjadi paham bahwa berkeringat itu begitu baik. Banyak manfaatnya bagi kesehatan. Dituliskan di klikdokter.com, berkeringat merupakan salah satu mekanisme tubuh guna mengatur suhu badan yang normal.
Selain itu, keringat juga dapat:
- detoksifikasi logam berat,
- mengeluarkan zat kimia berbahaya bagi tubuh,
- membersihkan bakteri,
- memperbaiki mood,
- menjaga kesehatan jantung, dan
- memulihkan otot.
Membakar kalori juga ditandai dengan adanya keringat. Sumber energi yang berasal dari makanan tergunakan. Tidak hanya tersimpan di tubuh dan meninggalkan lemak.
Hal-hal kecil
Saya pikir-pikir, ada hal-hal kecil di sekitar yang jika kita cermat, dapat memicu badan berkeringat. Tidak jauh-jauh, masih di dalam rumah dan sekitar pun bisa.Â
Tidak perlu pula mengeluarkan banyak uang. Bermodal kemauan dan menyisihkan sebagian waktu, lalu eksekusi tanpa menunda, berkeringat dapat terwujud.