Waktu sebentar lagi menunjukkan pergantian hari. Banyak orang berkerumun di alun-alun. Mereka ingin melihat pesta kembang api, tanda pergantian tahun tiba.
Seorang remaja keluar dari gereja. Ia melangkah cepat menuju sebuah toko. Seperti biasa, ia memilih satu barang untuk dijadikan kado. Kotak musik adalah langganannya.
Adalah sebuah cerita tentang saya semasa remaja. Ketika ibadah pergantian tahun di gereja, saya dan teman-teman sebaya pasti menyelenggarakan acara tukar kado.
Masing-masing diberi kebebasan membeli sesuatu, dengan batasan harga tertentu, tidak boleh habis pakai, dan dibungkus koran. Menjelang pukul 12.00 malam, secara acak, tiap-tiap remaja saling menukarkannya.
Karena saya suka bernyanyi dan mendengar musik, beberapa kali kado yang saya beli adalah kotak musik. Waktu itu harganya 20.000 Rupiah. Berbentuk miniatur piano berwarna hitam sedikit kemerah-merahan. Sangat terjangkau zaman segitu.
Entah kebetulan atau tidak, hadiah yang saya terima hasil tukar kado juga sama. Saya beberapa kali mendapatkan kotak musik. Ada satu dua masih tersimpan di rumah di kampung. Sayang, tidak saya bawa ke perantauan.
Enam tahun kemudian, Ishak Piguet memanfaatkan penemuan Favre dan memperkenalkan mekanik tersebut ke dalam perhiasan, jam tangan, kotak rokok, kotak kayu, dan logam mulia.