Tolok ukur pencapaian target
Setiap kita pasti punya target. Berumur dua puluh tahun, sudah punya apa. Tiga puluh tahun, telah berkeluarga. Empat puluh tahun, karier cemerlang. Lima puluh tahun ke atas, pandai berbagi pengalaman dan menginspirasi banyak orang. Itu kira-kira contohnya.
Demikian pula target menulis. Saya pribadi ingin menulis satu hari satu artikel. Meskipun kenyataannya, ada hari di mana saya tidak menulis, ada hari pula di mana saya menulis lebih dari satu artikel.
Jadi, kalau ditotal keseluruhan, jumlah artikel 455 dengan pembagi setahun (365 1/4 hari), saya telah menulis 1,24 artikel per hari. Berhasil! Target tercapai. Saya senang.
Penyemangat jika jatuh
Ada kalanya kita jatuh, terkena masalah, sampai tergeletak tidak berdaya. Orang-orang tidak bisa diharap selamanya akan selalu ada dan menolong. Kita beberapa kali wajib bangkit sendiri. Dengan melihat dan membaca kembali prestasi diri, ini sedikit banyak menyalakan semangat hidup yang hampir padam.
Ada rasa bangga, telah bermanfaat. Ada rasa suka, sudah menginspirasi sebagian orang. Melihat lagi bahwa diri punya talenta dan keunikan di bidang tertentu. Seperti itu saya perlakukan catatan prestasi menulis ini.
Penentuan sasaran berikutnya
Jika target tercapai, mau apa lagi ke depan? Orang tentu ingin berkembang dan terus berkembang, melengkapi diri dengan berbagai keahlian baru atau memantapkan kompetensi yang telah dipunyainya lebih mendalam.
Seperti menulis. Ingin bisa menulis banyak gaya. Ingin lebih tajam dalam menganalisis. Ingin pula bisa menyajikan sumber data yang lebih akurat dan lengkap. Saya? Ingin mencetak lagi beberapa buku cerpen. Lima belum cukup. Kalau bisa minimal sepuluh. Maka hadirlah motivasi untuk terus menulis.
Penetapan saat istirahat dan memberi hadiah