Jika semua orang sadar untuk menjaga kebersihan, terbiasa, rutin, bahkan membudayakan diri untuk melakukannya, sehingga jalanan dan sungai rapi dan bersih, tidak ada sampah berserakan, maka pekerjaan itu sangat tidak diperlukan. Mereka bisa berganti status, bekerja mendaur ulang sampah, agar sampah berubah menjadi hal yang berguna.
Kecil ini, tidak kelihatan
Rokok kan kecil, tidak kelihatan. Plastik es pun cuma segenggaman tangan. Tidak terlalu material. Hanya sedikit sampah itu. Bisa jadi seperti itu mereka menyimpulkan. Bisa pula sama sekali tidak memedulikan.
Di sini, bukan masalah besar kecil sampahnya. Tetapi, lebih kepada kebiasaan membuang sampahnya yang perlu diperhatikan. Jika dari hal kecil saja tidak setia, hal-hal yang lebih besar bagaimana lagi?
Pengaplikasian
Tulisan ini mungkin tidak bisa tersasar ke orang banyak. Tidak apa. Setidaknya, saya dan Anda, para pembaca, telah mengetahui keadaan ini. Tanggung jawab kita bersama menjaga kebersihan lingkungan.Â
Bukan saja ketika kegiatan kerja bakti tujuh belasan. Bukan pula saat petugas kebersihan bekerja. Tetapi, semua seyogianya ambil bagian, agar sampah tidak semakin menggila, dengan cara:
Tanamkan rasa malu
Budayakanlah malu dalam diri, saat membuang sampah sembarangan. Malu, karena tercatat sebagai penyumbang terjadinya penyakit. Malu, karena berkontribusi mendatangkan bencana, seperti banjir. Malu pula, karena dilihat orang. Dengan menanamkan rasa malu, kita menjadi sungkan jika tidak membuang sampah di tempatnya.
Pikirkan masa depan
Bagaimana nasib anak cucu kita ke depan? Berpuluh-puluh tahun, jika sampah semakin banyak dan tidak terkendali, tentu kehidupan mereka terganggu.Â