Si A dan si B berjalan mengitari meja prasmanan. Mereka menghadiri pesta perkawinan sahabat. Si A mengantre di depan penjaga tenda es krim. Si B menunggu di belakangnya.
"Kamu mau es krim, tidak?" tanya si A pada si B. Ia bermaksud memesan sekalian untuknya. Si B menggelengkan kepala. "Tidak perlu! Itu kan bahannya gula, habis itu dikasih susu vanila lagi. Terus masih ada taburan cokelat batangnya. Jadi diabetes saya nanti," katanya. Si A tertawa. Padahal si B masih muda dan badannya begitu sehat.
Setiap kali saya menelepon Mama di kampung -- beliau lansia berumur 74 tahun, pasti ada percakapan seputar sakit penyakit. Beliau akan bercerita tentang asam urat, kolesterol, gula, dan seterusnya, yang rata-rata dialami kaum manula.
Jika beliau merasakan gejala asam urat, seketika langsung teringat apa yang telah beliau makan. "Mungkin gara-gara makan kacang panjang ini, Ras," katanya pada saya. Jika pegal-pegal di tengkuk, beliau menebak, secara tidak sadar ada santan yang termakan, sehingga kolesterol berubah tinggi.
Pada kenyataan, ketakutan menjadi sakit setelah makan tidak hanya dialami orangtua. Sebagian pemuda, paruh baya, sekali dua kali pun memikirkan itu. Seperti ilustrasi di atas.
Apakah saya terkena diabetes setelah mengonsumsi makanan mengandung banyak gula? Apakah kolesterol saya nanti naik seusai menyeruput kuah santan? Apakah jadi asam urat sehabis menyantap jeroan?
Ada saat di mana ketakutan beroleh penyakit seusai makan lebih mendominasi pikiran kita daripada manfaat gizi pada makanan tersebut. Kita lupa bahwa gula setelah diolah menjadi sumber energi, santan bisa memperkuat sistem imun tubuh dan meningkatkan kinerja dan fungsi otak, dan jeroan mengandung protein hewani yang bermanfaat mengganti sel-sel rusak. Belum lagi terhitung kelezatan rasanya jika dimasak oleh koki yang piawai. Ini semua hilang, termakan ketakutan itu.
Selain itu, ketakutan menyantap makanan yang mengandung banyak kalori juga terjadi. Bisa membuat obesitas. Apalagi didukung dengan malas bergerak. Gelambir-gelambir perut bermunculan. Kulit jadi terlihat jatuh karena lemak. Badan susah bergerak sebab berat. Lingkar perut bertambah luas. Penampilan terasa kurang percaya diri. Baju celana harus beli lagi.
Mengapa saya anggit artikel ini sekarang? Sebentar lagi Lebaran tiba. Makanan-makanan enak muncul, seperti opor ayam, rendang daging, ketupat sayur, sambal goreng hati, dan lainnya, yang berpotensi dapat mendatangkan penyakit jika tidak bijak menyantapnya. Belum terhitung camilan kue nastar dan kue lainnya yang juga tidak kalah enak.
Bagi yang telah menderita penyakit dan beroleh pantangan dari nasihat dokter, ketakutan ini layak menjadi perhatian. Jangan pula asal terobos sehingga nyawa lolos. Tetapi, bagi yang masih sehat, tidak perlu takut menyantap segala makanan, asal:
Makan selang-seling
Jangan setiap hari makan dengan lauk yang sama. Kendati kita memang begitu suka, harus diselang-seling, agar kandungan makanan yang tertimbun dalam tubuh tidak itu-itu saja.
Semisal, jeroan yang dimasak berlemak. Jika setiap hari lauknya itu, sudah tentu potensi mengalami asam urat semakin besar. Obesitas karena lemak terjadi. Bila terus-menerus, kesukaan kita akan jeroan mencapai puncaknya, sehingga menjadi bosan dan malah membencinya.
Komposisi lengkap
Masih ingat komposisi empat sehat lima sempurna? Ya, nasi, sayur, lauk, susu, dan buah. Itulah lengkapnya. Tiap-tiap makanan punya kandungan gizi masing-masing, yang berguna untuk tubuh.
Ada pula zat baik dari satu makanan bisa menghancurkan kandungan zat jahat dari makanan lain. Saling melengkapi dan sebagai penyeimbang. Bila makan opor, bisa dilengkapi dengan sayur bening. Alangkah lebih sehat jika semuanya tidak berwujud lauk. Â
Secukupnya saja
Ingin sehat, jangan berlebihan makan. Secukupnya saja dalam mengonsumsi makanan. Pertimbangkan kebiasaan kita beraktivitas. Apakah kita seorang yang masih aktif bekerja dan bergerak seharian di luar?
Atau kita sudah berumur sehingga lebih sering diam dan banyak waktu dihabiskan dalam rumah? Seyogianya, porsi makan dicocokkan dengan kebutuhan energi kita.
Berolahraga
Untuk membakar seluruh kalori dan lemak jahat hasil makan enak, kita wajib mengalokasikan waktu untuk berolahraga. Bisa dengan melakukan permainan kesukaan, seperti sepak bola, tenis, bulutangkis, dan lainnya, yang menuntut banyak pergerakan anggota badan.
Bisa pula dengan berlari-lari di lapangan. Disesuaikan saja dengan situasi dan kondisi. Yang penting badan berkeringat. Kalau saya, suka sepedaan. Ini mencegah agar kita tidak terkena obesitas.
Catatan ini menjadi pengingat saya juga dalam menerapkan kebiasaan makan. Saya masih terus belajar disiplin dalam menjaga pola hidup sehat. Semoga nanti saat hari raya, kita bisa makan dengan enak dan tetap sehat seusainya.
Jadi, apakah Anda masih takut makan?
Sumber: 1
...
Jakarta
8 Mei 2021
Sang Babu Rakyat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI