Halalbihalal
Satu dua hari setelah buka bersama, dilanjut dengan halalbihalal. Ini biasanya pada hari kedua Lebaran, seusai teman-teman SMA berlebaran dengan keluarga inti masing-masing.
Terkadang di restoran, lebih sering di salah satu rumah teman. Seperti momen Lebaran kebanyakan, kami saling salam-salaman, memaafkan kenakalan zaman dahulu, mengulik peristiwa pahit yang diceritakan dengan tawa karena dendam telah tiada. Cinta-cinta monyet semasa SMA tidak lepas sebagai bahan gurauan.
Bermain ke sekolah
Ini tidak mungkin ditinggalkan. Kami akan bermotor-motoran, saling tunggu-tungguan, seperti pawai di tengah jalan, menuju ke SMA. Di sana, sebagian teman melihat kelas masing-masing. Pasti terkagum dengan banyak perubahan dan kemajuan yang terjadi.
Ada yang mengingat pernah buat mading (majalah dinding). Ada yang membahas kantin, tempat pacaran dahulu. Ada yang pergi ke aula, lokasi kegiatan ekstrakurikuler diadakan. Semua bernostalgia dengan SMA. Kenangan itu begitu indah.
Rangkaian acara Lebaran bersama teman SMA ditutup dengan silaturahmi ke rumah guru. Bisa beberapa kami kunjungi. Dari guru yang killer sampai yang baik hati, kami datangi.
Atas peristiwa-peristiwa tegas di kelas, semua sudah kami lupakan. Tidak ada bekas yang kami simpan di hati. Kami juga ingin tahu kabar orangtua kedua kami ini. Selain itu lumayan, menikmati sajian kue-kue kering khas Lebaran. Hehehe...
Terima kasih, Facebook, telah mengulas kenangan saya. Terima kasih pula, Kompasiana, sudah mengizinkan saya menulis kembali ingatan itu. Saya begitu senang, juga begitu sedih. Semoga kenangan itu terulang tahun depan. Semoga pula Corona cepat berlalu.
Mengobati kenangan