Wajah tampak tidak seumurnya
Saya pernah diejek oleh teman seumuran, mengapa wajah saya lebih tua darinya. Tampilan pakaian saya yang apa adanya, tidak modis, menambah terlihat tua. Saya hanya tertawa. Membalas dengan senyuman.Â
Ya, kebiasaan berpikir saya, sedikit-sedikit berpikir, membuat kerutan dan keriput satu dua bermunculan. Bahkan kebanyakan berpikir sesekali menjadikan saya jarang tidur.
Lebih lambat bertindak
Pemikir juga lebih lambat bertindak. Dalam mengambil keputusan, saya terlebih dahulu mencari jawaban atas pertanyaan: apa manfaat dan kerugian jika saya melakukan hal itu.
Dirasa oleh siapa? Apakah saya pribadi, keluarga, atau banyak orang? Jika kerugian tidak bisa dihindarkan, apakah banyak yang terdampak? Bisakah dicari hal lain yang lebih sedikit kerugiannya? Dan seterusnya, yang tentu memakan waktu lama.
Serasa orangtua
Saya juga pernah diomeli oleh teman, bahwa saya sedikit-sedikit bicara kebaikan dan keburukan. Saya tidak sadar, dalam setiap perbincangan, mereka menganggap saya seperti penasihat. Jadi terkesan serius, tidak bisa bercanda, dan selalu berat layaknya pesan orangtua.
Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya
Setiap hari saya selalu berpikir, saya sudah mengerjakan apa sekarang? Hidup hanya berlangsung sekarang. Kemarin sudah usai, besok belum tentu ada. Tahun-tahun hidup ditentukan oleh perbuatan sekarang.
Jika saya membuang saat sekarang dengan tindakan tidak berfaedah, pasti ada penyesalan di kemudian hari. Waktu terus berjalan dan tidak akan pernah kembali.