Seperti ilustrasi, kakek berujar tentang orangtuanya pada para cucu. Sebelum beliau menuntaskan cerita, satu dua cucu terserang kebosanan. Tidak ada hal baru yang didengar. Seperti rekaman kaset lama yang diputar.
Biasanya pula, kakek begitu bersemangat mengulas sejarah-sejarah hidupnya, yang para muda tahu benar karena berkali-kali dengar. Sementara itu, sebagian para muda berjuang melawan kantuk sebab cerita yang tidak menarik itu.
Ingin menghentikan cerita kakek, cucu tidak berani. Takut tidak sopan dan tidak menghargai orangtua. Ingin pergi meninggalkan, lebih takut lagi durhaka. Tetapi, memaksa telinga mendengarkan juga jenuh, karena itu-itu saja yang diceritakan.
Berikut adalah kiat-kiat bagi para muda, untuk bisa bertahan mendengarkan kisah para tetua sampai selesai.
Cari posisi nyaman
Karena kekeluargaan, tentu suasananya santai dan ada kebebasan. Para muda bisa mengatur posisi duduknya senyaman mungkin. Mencari kursi malas, duduk di kursi goyang, atau kursi yang ada busanya baik di alas pantat maupun sandaran kepala.
Ini menambah kebahagiaan ketika menyimak. Mengimbangi suntuknya cerita. Sedikit banyak dapat membuat bertahan dalam mendengarkan. Bandingkan dengan duduk kaku pada kursi kayu polos yang tegak lurus sembilan puluh derajat.
Sediakan makanan dan minuman
Para muda bisa mengambil kudapan dan sisa makanan besar yang bisa digado, sebagai teman saat mendengarkan. Bentuk makanan yang menarik, rasanya yang lezat, dapat mengurangi kebosanan.
Minuman dingin yang menyegarkan juga bisa menjadi alternatif. Atau, sekalian panas seperti teh dan kopi panas. Begitu ampuh untuk memelekkan mata yang terkantuk.
Bertanyalah hal tidak biasa
Pada sela cerita, para muda boleh bertanya tentang kisah yang belum pernah diceritakan. Semisal, ketika kakek buyut diceritakan setiap hari suka ke pasar, membeli singkong, dan memasak kolak sesampainya di rumah.Â
Mungkin bisa disela dengan keingintahuan, bersama siapa beliau pergi? Mengapa beliau suka sekali dengan kolak? Apa saja isi resep kolaknya? Setelah mendengar hal baru, tentu pikiran lebih segar. Jangan jadi pendengar pasif.
Ingat kebaikannya
Apa jasa para tetua dalam hidup para muda? Seberapa besar pengorbanan mereka membesarkan para muda? Apakah mereka juga tidak bosan ketika mendengar ucapan para muda yang juga itu-itu saja, bahkan tidak jelas karena baru belajar bicara semasa balita?