Dari dua puluh empat jam sehari, berapa lama waktu yang kita gunakan di depan gawai, entah ponsel pintar, komputer, televisi, dan lainnya? Semua peralatan canggih yang tercipta dari kehadiran teknologi. Segala perkakas yang ada untuk membantu kehidupan kita.
Coba kita kecilkan lagi lingkupnya. Saya akan bahas ponsel pintar saja. Apakah Anda setuju, bila nanti ada pencarian sidik jari manusia dari sebagian besar kita, benda yang tertempel olehnya paling sering adalah ponsel pintar?
Bangun tidur, tidak mandi, bahkan mungkin belum doa, tangan sudah otomatis menyentuhnya. Membuka media sosial dan melihat pemberitahuannya.Â
Ada yang suka tidak dengan unggahan kita? Banyak yang memberi komentar positif tidak? Atau, berapa yang membagikan unggahan kita lewat status mereka?
Ketiga pertanyaan ini serasa menjadi candu. Bila Anda tidak setuju, tidak apa, karena saya sedang membicarakan diri saya. Sistem otak saya sudah diatur senang ketika segala unggahan dalam dunia maya, berjibun yang suka, berkomentar positif, dan membagikannya.
Hidup mendadak bahagia. Senyum langsung mengembang. Sesekali menepuk dada, merasa bangga telah berguna. Di dunia maya. Ya, dunia maya. Dunia nyata? Saya belum melakukan apa-apa. Saya masih berbaring di atas tempat tidur.
Hidup di dunia maya
Era sekarang, hidup dalam dunia maya lewat gawai tidak bisa terelakkan. Pengaruh globalisasi yang menuntut kita selalu memperbaharui berita setiap hari agar tidak ketinggalan zaman.
Alat komunikasi yang dipakai semua orang dalam segala keperluan, baik lingkup keluarga, teman dan sahabat, maupun pekerjaan kantor. Media sosial untuk beroleh pengakuan dan aktualisasi diri.
Begitu dominan peran gawai dalam kehidupan. Mungkin, sepanjang aktivitas seharian, waktu kita tersedot lebih banyak dalam dunia maya yang disediakannya.
Belum lagi terhitung beragam hiburan dan tontonan yang tidak kalah menarik. Bahkan, secara tidak sadar, kita memakai gawai setiap waktu, tidak terkecuali saat berkendara. Ini menjadi perhatian dan sudah ada hukumannya jika ketahuan.