Sedikit pembaca
Ada beberapa sebab yang saya deteksi, telah membuat artikel sedikit pembaca. Pertama, kita pendatang baru di Kompasiana. Ini kemungkinan tidak banyak yang baca, karena pembaca belum tahu rekam jejak kita menulis.
Kedua, kita tidak konsisten menulis. Kadang timbul, kadang tenggelam. Ini juga bisa melemahkan ingatan pembaca akan kualitas tulisan kita. Mungkin pernah begitu apik, tetapi karena sudah lama tidak menulis, pembaca lupa bagaimana kualitas artikel terakhir kita. Bila akun kita biru, masih tertolong. Setidaknya tercatat oleh editor, kita berkualitas.
Ketiga, jarang blog walking. Ini berpengaruh. Bila sekadar menulis dan tidak bertandang ke lapak sesama Kompasianer, ini bisa mengurangi minat pembaca.Â
Saya pribadi merasa ada faktor psikologis ketika melihat jumlah like di artikel dan jumlah pembacanya. Saya sedikit terpancing untuk mengetahui apa isi artikelnya, hingga begitu banyak didatangi dan dinilai pembaca. Nilai sendiri berpotensi bisa diperoleh dari hasil memberi nilai sesama Kompasianer.
Keempat dan tidak terbantahkan, artikel kita tidak bermutu. Ini kenyataan pahit, tetapi memang begitu adanya. Pembaca tidak mau menyia-nyiakan waktu, membaca tulisan yang tidak berfaedah.
Ada yang tersinggung
Ketakutan terakhir adalah artikel kita membuat orang tersinggung. Jika kita memberi nasihat, jangan sampai terlintas bahwa kita orang yang paling benar dan menggurui pembaca. Alangkah lebih baik jika objek cerita adalah "kita", sehingga pesan moral terasa ditujukan untuk bersama.
Bila artikel membahas orang, bahkan sampai menyebut nama, ada ketakutan pula, artikel itu dituntut orang dimaksud perihal pencemaran nama baik. Semisal, yang kita tulis tidak benar adanya, dan pendapat yang disimpulkan menyerang pribadinya.
Kita harus berhati-hati. Kita tidak sedang mencari musuh lewat tulisan. Kita hanya sedang berbagi ilmu dan wawasan.
Demikianlah, lima ketakutan yang pernah saya alami. Seiring waktu berjalan, saya dapat mengatasi satu demi satu. Saya mempertajam analisis agar artikel semakin bermutu. Saya membaca KBBI dan PUEBI beserta artikel bahasa untuk membenarkan cara penulisan dan menyunting tulisan.