Apakah kesimpulan pendapat yang diagihkan berhasil merangkum dan mempertimbangkan semua jawaban itu? Apakah nanti setelah tayang, editor Kompasiana akan menyematkan label biru, pertanda artikel berkualitas dan layak dibaca?
Jujur, dan saya kira Anda sepakat, ketika artikel tayang dan tersemat label biru, rasanya begitu puas. Jika tidak terlabel, muncul sedikit kesedihan. Berarti pola pikir kita belum dapat menyajikan artikel berkualitas, sesuai penilaian editor.
Terdapat kesalahan penulisan
Kita tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa penulis adalah salah satu penggiat literasi. Seyogianya menampilkan kualitas literasi yang benar, sehingga dapat dicontoh para pembaca.
Mulai dari penggunaan tanda baca, pemilihan kata baku, penyajian dialog, penyusunan paragraf, penulisan ejaan, sampai banyak lainnya, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Ini adalah kewajiban dan tentu tantangan bagi penulis pemula, yang belum banyak membaca KBBI dan PUEBI. Bagi yang terbiasa, ketakutan teratasi dengan mudah.
Topik sudah basi
Mungkin sudah banyak yang menulis topik yang hendak kita ulas. Misal, seputar menulis, di Kompasiana telah berjibun yang membahas. Banyak yang berbagi tip menulis dengan baik. Banyak pula yang merangkum manfaat menulis.
Setelah membaca itu semua, terlintaslah ketakutan menulis. Ah, buat apa saya menulis topik yang sudah basi? Apakah nanti bila kebetulan materinya sama, saya malah disangka plagiat dan mencuri ide? Â
Bagi saya, tidak ada hasil pemikiran -- yang betul-betul murni, yang basi. Tiap-tiap kita punya pola pikir sendiri, sudut pandang berbeda, sekaligus cara menyimpulkan yang unik.Â
Semua baru dan memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Justru dengan banyaknya bahasan dalam topik yang sama, bisa memperkaya wawasan para pembaca.