Secuplik cerita RA Kartini
RA Kartini merupakan putri dari Bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Ibunya bernama M. A. Ngasirah, seorang guru agama di Teluk Awur, Jepara. Hingga umur 12 tahun, Beliau bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS) dan belajar bahasa Belanda.
Setelah itu, Beliau harus tinggal di rumah karena proses pingitan. Karena bisa berbahasa Belanda, di rumah, Beliau belajar sendiri dan menulis surat-surat kepada teman-temannya yang berasal dari Belanda, salah satunya Rosa Abendanon.
Dari hasil membaca, Beliau tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Buah pemikiran Beliau, ditorehkan dalam bentuk tulisan, dengan karyanya yang terkenal berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang". Beliau meninggal pada usia 25 tahun di Kabupaten Rembang.
Kartini hebat saya
Habis Gelap Terbitlah Terang. Bila diterjemahkan, seusai masa sulit, pasti muncul masa yang membahagiakan. Sesukar apa pun masalah, lewati saja, karena pasti ada jalan keluarnya, bila kita bertahan menghadapinya.
Demikian pula prinsip Kartini saya, Mama saya. Beliau selalu percaya, berjalan bersama Tuhan, selalu ada solusi dalam setiap masalah. Beliaulah yang mengajar kami untuk tidak mengandalkan diri sendiri dan berserah, memohon pertolongan dariNya, atas setiap peristiwa sukar yang terjadi.
Dalam doa-doa Beliau, selalu tersebut nama kami, saya dan ketiga kakak saya. Tanpa doa itu, saya yakin, saya tidak akan panjang umur dan tidak mampu meraih kesuksesan sampai sejauh ini.
Secuil balasan
Ketika saya sudah bekerja, puji Tuhan, saya beroleh berkat. Selintas saat itu, tersirat di benak, keinginan untuk mengajak Beliau jalan-jalan, ke kampung halamannya, di Medan, bertemu adik bungsunya.
Dari sana, kami beranjak ke Danau Toba. Saya kaget hingga tidak percaya, ketika di danau, Beliau bilang bahwa seumur hidupnya, sejak Beliau di pulau Sumatera, sebelum merantau ke Jawa, tidak pernah sama sekali ke Danau Toba. Terlihat ekspresi yang begitu gembira, selama berekreasi di sana.