Bila habis ide, juga membacalah. Cari ide dari cerpen-cerpen yang menurut kita berkualitas. Saya selalu melakukan ini. Saya ingin tulisan saya berkelas, maka cerpen yang dibaca pun harus berkelas.
Kendati kita tidak langsung menulis, dari hasil membaca, masih ada rekaman kalimat-kalimat bacaan yang tersimpan di otak. Bila kreatif, modifikasi sedikit menjadi cerita baru. Ide mungkin dapat dan kemampuan menulis masih ada.
Berliburlah
Tidak hanya dari buku muncul ide. Sekali-kali melihatlah secara langsung. Menghabiskan uang untuk memandang senja di tepi pantai, pergi ke kebun binatang bersama keluarga, bertandang ke tempat sejuk dan banyak pepohonan, atau wilayah lain kesukaan kita.
Buat hati gembira sehingga stres itu menjauh. Sambil "mood" perlahan datang, amati cermat segala yang ada di lokasi. Semua makhluk di sana, kondisi alamnya, ekspresi para wisatawan, aktivitas yang dikerjakan, dan lainnya. Hal-hal kecil dan detail biasanya memantik ide untuk menulis.Â
Ngobrol
Penulis tidak boleh sepenuhnya menghabiskan waktu di atas meja menatap laptop. Sebagai makhluk sosial, keluarlah berbincang dengan orang. Apalagi menulis cerita. Ngobrol sangat membantu.
Secara tidak langsung, kita akan bertukar pikiran dengan lawan bicara. Menangkap cara berpikir dan sudut pandangnya yang berbeda. Ini salah satu ide segar dan menarik, dan mungkin bisa kita lekatkan pada pemikiran tokoh cerita yang hendak kita tulis.
Biasa Saja dan Santai
Dari ketiga di atas, ini paling utama. Jangan panik. Jangan menanamkan rasa bersalah pada diri kita. Jangan stres. Meskipun cerita yang mau ditulis bersuasana stres, penulisnya tetap tidak boleh stres. Mengapa? Karena itu berdampak buruk pada pemilihan kata. Yang ada, ceritanya hanya umpatan dan amarah.
Tidurlah. Otak juga perlu diberi kesempatan untuk dingin sejenak. Kita ingin bisa terus menulis kan? Jika sudah mencapai batas maksimal, tidak ada salahnya mengambil waktu untuk rehat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!