"Saya tidak butuh uangmu. Saya hanya butuh tanggung jawabmu. Ini anak kita sudah besar!" kata wanita itu juga sambil menunjukkan foto anaknya.
"Jangan mengada-ngada kau! Itu bukan anak saya. Spermaku kau telan dalam mulutmu. Bagaimana bisa kau menuntutku sebagai ayahnya?"
Wanita itu memukul meja. Beberapa gelas di atas meja sedikit bergeser.
"Bisa saja, spermamu masuk lewat kerongkonganku, terus turun ke bawah dan bertemu dengan sel telurku. Ayo kita ke dokter. Kita tes DNA. Kau harus tanggung jawab!"
Lelaki itu berhenti bekerja sejenak. Ia melipat tangannya di dada.
"Mana ada sperma bisa bertahan melawan asam lambungmu?"
"Pergi sana. Kau gila!"
Lelaki itu memanggil seseorang. Sekejap, seseorang berbadan kekar dan berseragam hitam menyeret wanita itu keluar. Terdengar embusan napas begitu panjang. Wanita itu begitu kecewa.
Lelaki-lelaki, mengapa kalian tidak berani bertanggung jawab? Bukannya lelaki seharusnya jantan dan tidak penakut? Betapa pengecut kalian! Berani berbuat tetapi lari dari kenyataan.Â
Wanita itu mengelus-elus dadanya. Ia terus membesar-besarkan hatinya, menghibur dirinya, supaya tetap kuat dari penolakan dan penolakan. Demi anaknya, wanita itu masih berusaha mencari bapaknya.
Kali ini seorang lelaki tua berjenggot putih. Ia sedang tidur di atas becak. Wanita itu memukul pundaknya. Bapak itu terbangun.