Dia tidak menyangka, masih ada keadilan dihidupnya. Masih ada kebahagiaan yang bisa diraihnya. Obat itu memang bekerja dengan sempurna. Dia terus bahagia, bahagia, dan bahagia, sampai tanpa disadarinya, dia tidak berhenti tertawa di depan orang-orang dalam mimpinya.
Satu demi satu dari mereka mulai melihatnya sedikit gila. Mereka tidak berani mengingatkannya, karena ia memang paling hebat di sana. Sebagai orang terkaya, apakah yang tidak bisa dikendalikan dengan uang yang begitu banyak? Kebahagiaan mana yang tidak bisa diciptakan uang? Kekuasaan apalagi.
Senyumnya itu terbawa ke dunia nyata. Anak gadisnya yang melihat ibunya rebah, begitu senang. Sudah lama dia tidak melihat ibunya tertawa. Sudah lama ia merindukan senyum itu, dan itu akhirnya benar-benar dilihatnya. Sudah lama pula dia tidak melihat wajah ibunya ceria dan begitu cerah.
Perempuan itu berpesan, tiga hari setelahnya, ia harus meminumkan obat putih itu. Tetapi, ia tidak tega merenggut kebahagiaan ibunya. Mengapa ibunya harus kembali ke dunia nyata yang begitu menyedihkan ini? Akhirnya, ia melupakan perintah ibunya.
Hari demi hari, hidupnya ia lalui dengan tersenyum, melihat ibunya rebah dan terus tersenyum, dalam dunia yang selalu bahagia, entah ada di mana.
...
Jakarta
31 Maret 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H