Tetapi, setelah saya baca, itu tidak membosankan, karena memang itu inti ceritanya, dan kalimat-kalimat setelahnya mengandung penjelasan yang selalu baru, tentang apa, bagaimana, kapan, di mana, dan mengapa dia bisa membakar kota M berulang-ulang.
Kemudian, kita juga bisa selipkan pertanyaan-pertanyaan unik dalam paragraf. Ini berguna sekali, untuk memancing imajinasi pembaca dan menemukan jawabannya pada paragraf berikutnya.Â
Bila perlu, jawabannya ditulis di akhir saja, sehingga pembaca membaca sampai selesai. Berhasil membangun besar tidaknya rasa penasaran pembaca adalah salah satu tolok ukur sebuah cerpen dikatakan memikat atau tidak.Â
Apakah pesan moral berhasil ditangkap?
Harapan pembaca seusai membaca cerpen, setidaknya beroleh manfaat, semisal terhibur, tertawa, bahkan menjadi merenung, alias tercerahkan. Iya, sebagai salah satu karya sastra, cerpen memang seyogianya mengandung pesan moral.
Pesan moral bisa disampaikan melalui banyak cara, semisal lewat kalimat percakapan, pertanyaan perenungan, atau benar-benar kesimpulan di akhir cerita. Bagi yang jelas tertulis berupa kesimpulan, semisal "manusia tidak bisa hidup sendiri, mereka harus saling berbagi dan tolong menolong", tentu gampang kita mengerti.
Tetapi, bagi yang tidak suka dengan begitu jelas menasihati, alias menyamarkannya dalam pertanyaan perenungan maupun kalimat percakapan, semua alur cerita harus bisa menguatkan bahwa jawaban yang dimaksud cerpenis adalah kesimpulan itu.
Pesan moral melalui pertanyaan perenungan: "Apakah manusia bisa menghabiskan waktunya sendirian? Mengapa dia begitu sombong, seolah-olah semua yang diperolehnya sekarang merupakan hasil jerih payahnya sendiri?"
Pesan moral melalui percakapan: "Kamu sudah bantu pamanmu? Ingat, pamanmu yang dulu menyekolahkanmu. Sekarang saat yang tepat untuk membalasnya," kata ayah pada anaknya siang itu.
Apakah tulisan sesuai kaidah?
Ini tidak hanya berlaku untuk cerpen. Semua artikel seyogianya memperhatikan ini. Pemilihan tanda baca, penggunaan kata baku, penulisan kalimat langsung dan tidak langsung dalam percakapan, pemakaian huruf kapital, dan sebagainya.