Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pintu Belakang

31 Januari 2021   10:48 Diperbarui: 31 Januari 2021   17:41 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti janji kami, sepuluh hari setelah melahirkan, kami mengadakan syukuran. Mengundang tetangga sekitar dan kerabat jauh, saya dan Lili masak banyak. Rendang sapi, opor ayam, sate kambing, dan sayur sop. Kelahiran anak memang harus dirayakan. Penerus dan sumber kebahagiaan telah datang.

Tepat di rumah Mimi, anak-anak bermain-main di halaman. Om dan tante yang sengaja datang dari kota seberang bercengkerama hangat. Sudah lama juga saya tidak melihat om yang pandai melawak itu.

"Selamat ya untuk buah hatinya. Semoga tumbuh jadi anak yang sehat, kuat, pintar, berguna bagi agama dan bangsa" kata om sembari menyerahkan bingkisan yang entah saya tidak tahu apa isinya kepada suami Mimi. Suami Mimi tersenyum.

"Sisi, dijaga ya adiknya. Jangan dinakalin" pesan tante setelah melihat Sisi berulang kali mencolek pipi bayi itu. Terlihat raut muka kegirangan beroleh teman dan mungkin mainan baru baginya.

Sementara Mimi, dengan kepala tertunduk dan sedikit lesu, tiba-tiba mendekati saya. Dia meraih tangan saya seperti hendak mengajak bicara. Kami pun beranjak berpindah ke rumah saya lewat pintu belakang. 

"Ada apa, adikku? Mengapa mukamu tiba-tiba ditekuk? Bukankah kita seharusnya bahagia menyambut kedatangan si kecil? Kakak yakin, nanti suamimu perlahan juga berubah dengan kehadirannya. Itu lihat, mukanya berseri-seri sekarang"

Mimi masih saja menunduk. Seperti ada beban berat yang ingin dilepaskan.

"Sebetulnya..."

"Apa lagi sedihmu? Ayo gembira!" ajak saya sembari mengelus-elus pundaknya.

Perlahan dia mengangkat kepala. Dengan bibir bergetar, dia bicara.

"Kiki--begitu anaknya diberi nama--bu..bu..buu...kan anak suamiku"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun