Setiap Sabtu, sekali seminggu, pada saat libur kerja, kakak pasti membawa kucingnya ke salon kucing. Sembari bulunya dirapikan, dimandikan, dibersihkan kuku-kukunya sekaligus dicek kesehatan, kakak menghabiskan waktu dengan manicure-pedicure di salon yang berada tidak jauh dari situ. Sama-sama ke salon, hanya berbeda makhluk. Saya saja tidak pernah ke salon.
Suatu ketika, di luar pengawasan kakak dan pengamatan kami, kucing Anggora kesayangannya itu lepas dari rumah. Empat hari empat malam tidak ditemukan. Kakak tidak bisa tidur.Â
Berkali-kali dia bertanya kepada pihak keamanan setempat, tetap tidak ada jawaban menyenangkan. Seluruh tetangga di sekitar pun mengaku tidak melihat di antara ratusan kucing yang berkeliaran di kota saya.
Pernahkah kamu berpikir, ketika kita mencari sesuatu, barang itu sulit ditemukan? Ketika kita mengabaikan, barang itu muncul sendiri?
Karena capek mengurus pekerjaan, pencarian kucing itu perlahan terabaikan. Kakak hanya bisa berdoa kepada Yang Kuasa. Di dalam kamar, dia berkata-kata kepada dirinya seperti menyalah-nyalahkan kebodohannya, mengapa bisa teledor sehingga kucingnya hilang. Entah, Yang Kuasa mengabulkan doa atau sekadar kebetulan, kucing itu pada hari kelima kembali ke rumah.
Melihat kucingnya pulang, mata kakak tiba-tiba basah. Wajahnya menghangat. Penuh keharuan dan kerinduan. Segeralah dipeluk kucing itu dan dielus-elus bulunya yang menghitam tidak karuan. Sejak saat itu, kakak berjanji akan merawat lebih baik dan menyayangi lebih lagi kucing itu.
Hari berganti hari, perut kucing itu mulai membesar. Kendati tidak tahu siapa yang menghamili, kakak semakin sayang saja. Kakak merasa anggota keluarganya akan bertambah.
Benar saja, lewat dua bulan, tujuh anak kucing imut-imut lahir. Bentuknya tidak seperti ibunya, tetapi lebih mengarah kepada kucing kampung. Sepertinya kucing Anggora itu berkelamin dengan salah satu kucing kampung di sekitar.
Karena kucingnya semakin banyak dan kakak teringat janji merawat kucing lebih baik, kakak membeli banyak sekali persediaan makanan kucing untuk beberapa bulan ke depan.Â
Beberapa kali, kucing-kucing kampung di sekitar kota saya ikut berdatangan ke rumah. Kakak yang saya rasa sudah gila kucing itu terus memberi mereka biskuit ikan dan daging sapi.
Kucing di kota saya akhirnya berubah tabiat. Tidak pernah lagi saya temukan mereka memburu tikus-tikus got dan memakannya.Â