***
"Bagaimana ini Neo? Kita tidak bisa begini selamanya. Hidup kita tidak tenang. Kita tidak leluasa bermain selama masih ada kerapu nakal itu. Dia mengawasi gerak kita terus menerus" Keluh Neji pada Neo di rumah karangnya.
"Hmmm..." Neo memutar otak. Benar apa yang dikatakan Neji. Aku harus mencari cara. Teringatlah dia akan sepupunya Neno, si ikan hiu kecil. Sudah lama dia tak berkunjung ke rumahnya.
"Neji, ikut aku" Tanpa membantah, Neji mengikuti arahan sahabatnya itu. Mereka berenang sejauh satu kilometer, mengunjungi Neno di rumah bangkai kapal.
***
"Neno.. Neno.. Neno" Panggil Neo. Dari balik serpihan kapal penuh karat itu, keluarlah Neno. Matanya berkedip berkali-kali. Nyawanya belum kumpul. Masih tertinggal beberapa di alam mimpi.
"Neo, apa kabar, tumben ke sini"
"Iya, Neno. Kabarku baik. Hmm... Kami butuh bantuan."
"Bantuan apa?" Neno bertanya mempertegas. Neo yakin Neno bisa membantu. Beberapa kali dia pusing dengan masalah, Neno bisa memberikan jalan keluar.
"Ini. Kami akhir-akhir ini dikejar kerapu nakal. Ukurannya besar sekali. Kami jadi tak tenang bermain" Kata Neo sembari memperkenalkan Neji pada Neno.
"Kerapu hitam itu bukan? Yang tubuhnya bertanduk kecil dan mukanya jelek itu ya"Â Neno seperti menyadari siapa yang disebutkan sepupunya itu. Dia pernah melihat sewaktu hendak mencari makan.