Kalau kau bertanya padaku, binatang apa yang paling menjengkelkan akhir-akhir ini, kujawab nyamuk. Mungkin kau tahu jawabanku, tapi kau sekadar tahu, tanpa merasakan deritaku.
Ya, aku sangsi, ada nyamuk di rumahmu. Pembantumu pasti selalu sigap menyiapkan kamar terbaik, berbau harum, dan bebas nyamuk, demi kenyamanan tuannya. Kamu.
Sementara aku, beberapa malam ini terus bergulat dengannya. Ya, rumahku memang tidak seperti rumahmu. Hanya kontrakan kecil di pinggir kali, dengan berjuta-juta sampah dan bau menyengat di tepinya.
Aku heran, dari mana sampah itu berasal. Semakin jarangkah orang sekarang menjaga kebersihan? Atau, kebebasan mereka sudah kebablasan, sehingga merasa berhak membuang bungkus minuman, kemasan deterjen, bahkan kasur bekas ke kali itu?
Semua itu menyangkut di dekat gubukku ini. Setiap hari kuangkat satu per satu, setiap hari pula berdatangan lebih dari satu. Kendati seperti sia-sia, itu harus kubersihkan. Bila tidak, kamar sempitku ini akan ramai di tengah malam yang seharusnya sepi.
Dari sana muncul gerombolan binatang kecil dan menyebalkan, berdesing lalu lalang seperti kendaraan di siang hari. Mereka tak pernah kuundang, masuk begitu saja tanpa sopan.
Aku selalu terjaga begitu mereka datang. Dengan raket nyamuk dan obat nyamuk bakar, kujamu mereka melalui peperangan. Aku harus menang, bila tidak, anakku menangis kesakitan.
Mereka tahu, makhluk paling lemah di kamarku, gampang diserang dan tanpa pertahanan adalah anakku. Seorang bayi berumur tiga bulan, Boy namanya. Dia merengek setiap gigi mereka bersarang di kulitnya.
"Plaaakkk"
Telapak tanganku menutup. Pertahanan ketiga. Aku senang melihat mereka mati berdarah-darah di sela-sela garis tanganku. Setidaknya berkurang satu, walaupun masih ada seribu.
Aku pun tak pernah bermimpi indah selagi mereka berkeliaran di kamarku. Pernah aku terbangun ketika bermimpi bergelimang harta dan punya istri banyak.Â
Saat itu, satu-satunya saat di hidupku, di mana cita-citaku pernah tercapai. Tiba-tiba, semua sirna seketika. Gigitan mereka mengganggu nyenyak tidurku.
Aku heran, buat apa nyamuk ada di dunia? Tak ada fungsinya mereka, selain menyerahkan diri sebagai makanan cicak-cicak di dinding. Tapi, pertanyaanku itu akhir-akhir ini terjawab.
"Mas, jentik nyamuk Mas"
"Berapa Mas?"
"Lima ribu seplastik. Bagus ini untuk makan anakan ikan"
"Oke Mas, bungkus"
Aku mulai memutar otakku, bagaimana caranya tak hanya kesusahan kudapat. Kusiksalah anak-anaknya, kujual demi tambahan makan anak dan istriku.
Setidaknya, mereka akhirnya ada gunanya.
...
Jakarta
26 November 2020
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H