"Ada anak baru ya?" Terdengar sebuah pertanyaan di atas meja di kantin sekolah. Meja itu dikelilingi empat murid.
Dodi. Anak IPA. Dia suka nonton film intelijen. Koneksi luas. Data seluruh anak di sekolah dia punya. Bahkan, nama guru hingga tukang becak di depan sekolah, dia ada.
David. Anak IPS pecinta olahraga. Berperawakan sangar, ototnya kekar. Sebetulnya, dia digilai para siswi. Hanya, karena perangainya kasar, beberapa mengurungkan niat untuk berkenalan.
Susi. Anak IPA. Satu-satunya wanita. Cerewet. Tanpa dia, perbincangan itu takakan pernah mulai.
Andi. Anak bahasa, pintar memutarbalikan kata. Pernah suatu ketika, keempat anak itu hampir dimarahi kepala sekolah. Tetapi, karena akal bulusnya, mereka berhasil melimpahkan kesalahan ke anak lainnya. Selamat dari amukan.
Mereka terkenal sebagai geng tusuk gigi. Bukan mereka yang menamai, melainkan murid lain menjuluki. Setiap daging segar yang baru masuk ke sekolah itu, pasti habis ditusuk-tusuk mereka.
Perbuatan geng itu sulit diketahui para guru. Mereka bekerja dengan apik. Semua mengambil peran masing-masing. Berkali-kali murid melaporkan, berkali-kali pula laporan itu menguap ke udara. Takada bukti.
"Iya, Sus. Benar. Namanya Desi. Dia pindahan dari sekolah pulau seberang. Ayahnya pegawai negeri, ibunya wiraswasta" Kata Dodi sembari melihat ponselnya. Sejauh itu dia bisa tahu.
"Jadi, mau kita apakan dia?"David berulang kali mengepalkan tangan. Terlihat dia tidak sabar menyambut anak baru itu. Sementara itu, Andi diam. Tidak demikian dengan pikirannya.
***
Waktu menunjukkan pukul dua. Saatnya pulang sekolah. Sekolah mulai sepi, guru beranjak pulang. Terlihat seorang siswi berjalan mendekati pintu pagar sekolah.