Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Anak Baru

14 November 2020   23:37 Diperbarui: 15 November 2020   05:31 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:infobekasi.co.id

"Sini dulu" Tangannya ditarik Susi. Mereka membawanya ke pinggir sebuah ruangan, tersembunyi dari jangkauan orang.

"Ada apa ya, kak?" Siswi berparas cantik, berambut panjang, berkulit putih bersih, dan tinggi langsing itu agak keberatan. Sesekali, dia menggigit bibir merah meronanya, pertanda kecemasan. "Mau diapakan aku? Sial, ketemu mereka di sini" Batinnya.

"Jadi, kamu anak baru itu?" David mengambil alih pembicaraan. Sosok sangarnya, membuat siswi itu ketakutan.

"Be..be.be..na..nar kak, perkenalkan, saya Desi. Ada yang bisa saya bantu, kak?" Tiba-tiba gagap dia berbicara. Badannya penuh keringat dingin.

Biasanya, anak baru di tangan mereka, minimal dipaksa lari sepuluh kali putar alun-alun di dekat sekolah. Setelah itu, diminta uang setoran. Hari berikutnya, dia harus menyiapkan menu makan siang di kantin sekolah. Untuk mereka berempat. Bila tidak, jangan harap bisa sekolah nyaman.

Andi mendekati perlahan. Dilihatnya wajah siswi itu dari ujung rambut hingga telapak kaki. Keputusan ada di tangannya, selaku ketua geng.

"Desi, salam kenal ya. Hati-hati di jalan" Andi melepaskan Desi dari cengkeraman tangan David. Dia mempersilakan pulang siswi itu. Rencana busuk yang telah dipikirkan, tiba-tiba hilang seketika.

"Kau kenapa Di? Suka ya sama Desi?" Susi mengomel.

"Entah, mood ku tiba-tiba hilang"

***

Hari berganti. Sebagai anak baru, Desi tidak menjalani tradisi seperti biasa. Malahan, dia terlihat sering berdua dengan Andi, ketua geng itu. Murid-murid lainnya curiga. Sepertinya, Andi menaruh rasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun