Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Anak Baru

14 November 2020   23:37 Diperbarui: 15 November 2020   05:31 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:infobekasi.co.id

"Ada anak baru ya?" Terdengar sebuah pertanyaan di atas meja di kantin sekolah. Meja itu dikelilingi empat murid.

Dodi. Anak IPA. Dia suka nonton film intelijen. Koneksi luas. Data seluruh anak di sekolah dia punya. Bahkan, nama guru hingga tukang becak di depan sekolah, dia ada.

David. Anak IPS pecinta olahraga. Berperawakan sangar, ototnya kekar. Sebetulnya, dia digilai para siswi. Hanya, karena perangainya kasar, beberapa mengurungkan niat untuk berkenalan.

Susi. Anak IPA. Satu-satunya wanita. Cerewet. Tanpa dia, perbincangan itu takakan pernah mulai.

Andi. Anak bahasa, pintar memutarbalikan kata. Pernah suatu ketika, keempat anak itu hampir dimarahi kepala sekolah. Tetapi, karena akal bulusnya, mereka berhasil melimpahkan kesalahan ke anak lainnya. Selamat dari amukan.

Mereka terkenal sebagai geng tusuk gigi. Bukan mereka yang menamai, melainkan murid lain menjuluki. Setiap daging segar yang baru masuk ke sekolah itu, pasti habis ditusuk-tusuk mereka.

Perbuatan geng itu sulit diketahui para guru. Mereka bekerja dengan apik. Semua mengambil peran masing-masing. Berkali-kali murid melaporkan, berkali-kali pula laporan itu menguap ke udara. Takada bukti.

"Iya, Sus. Benar. Namanya Desi. Dia pindahan dari sekolah pulau seberang. Ayahnya pegawai negeri, ibunya wiraswasta" Kata Dodi sembari melihat ponselnya. Sejauh itu dia bisa tahu.

"Jadi, mau kita apakan dia?"David berulang kali mengepalkan tangan. Terlihat dia tidak sabar menyambut anak baru itu. Sementara itu, Andi diam. Tidak demikian dengan pikirannya.

***

Waktu menunjukkan pukul dua. Saatnya pulang sekolah. Sekolah mulai sepi, guru beranjak pulang. Terlihat seorang siswi berjalan mendekati pintu pagar sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun