Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Saksi Mata

10 November 2020   01:45 Diperbarui: 10 November 2020   01:54 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:sport-kid.net

Seorang saksi memegang peranan penting bagi penghakiman terdakwa. Seseorang, yang dijatuhi hukuman, karena perbuatan merugikan. Saksi, bisa hadir meringankan, bisa pula memberatkan. Hukuman bagi terdakwa.

Sebelum berucap, saksi dituntut bersumpah di atas kitab suci. Kita juga tidak pernah tahu, dia berkata benar atau bohong, setelah bersumpah. Yang tahu hanya dia. Atas apa yang disaksikan matanya.

Bagiku, lidahku kelu bila berkata bohong. Bila kupandang jelek, kukatakan jelek. Bila kupandang cantik, kukatakan cantik. Mungkin aku tak perlu disumpah bila diminta jadi saksi.

Prinsipku, buat apa kita hidup dalam ketidakjujuran. Itu hanya menyakitkan. Menutupi kebohongan dan memungkiri yang dilihat, sama saja merekayasa kehidupan. Dalam ketidaktenangan.

Keluargaku pun tahu. Mereka selalu percaya perkataanku. Sampai suatu ketika, aku dihadapkan pada situasi di mana aku harus berbohong atas apa yang kulihat.

***

"Braaakkk" Pintu depan terbuka kencang. Aku terkejut melihat kakakku lari tergopoh-gopoh ke arahku. "Ada apa, Kak?"

"Sembunyikan kakak" Dia menuju ke sebuah dinding di dapur. Dia tahu, ada ruang rahasia di balik dinding itu. Bila saklar yang terpasang di dinding itu ditekan, bukan lampu yang menyala, melainkan dinding akan bergerak dan sebuah ruangan tersembunyi terlihat.

Aku dan kakakku tidak pernah tahu mengapa bisa ada dinding itu. Sejak kakek masih hidup dan kami belum lahir, dinding itu sudah ada. Bapak pun tidak mau menceritakan mengapa.

"Ya sudah, sembunyi sana" Kataku sembari melangkahkan kaki ke depan pintu. Hendak menutup pintu yang didobraknya.

"Mana lelaki itu" Tiba-tiba sosok lelaki berperawakan tinggi besar dan berotot muncul tepat di depanku. Tangannya terlihat membawa pistol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun