Berhubung pandemi belum berakhir, kebutuhan masker menjadi salah satu daftar wajib belanja bulananku. Siang ini, kulihat persediaan habis. Tinggal sebuah yang kupakai. Standar berwarna hijau.
Kulangkahkan kaki menuju apotek. Bukan apotek yang biasa kukunjungi.
"Mbak, ada masker?" Tanyaku kepada petugas jaga. Dia terlihat merapikan beberapa obat di lemari.
"Ada Mas. Tujuh puluh lima ribu se-pack"
"Wah kebanyakan. Yang lebih sedikit ada?"
Dikeluarkannya dari lemari depan, satu plastik masker berjumlah lebih sedikit. Karena berbeda bentuk, aku perlu memastikan kualitas.
"Ini sama Mbak dengan yang kupakai?" Kutunjukkan masker hijauku.
"Sama, Mas. Segini delapan belas ribu, isi sepuluh"
Segeralah kuambil dua puluh ribu dari dompet. Aku tertarik. Keluar dari apotek, aku tertegun sejenak. Ternyata, motif maskernya bunga-bunga, wakakakaka. Haduuuuhh...
Tapi, tak apalah. Toh, aku juga membeli dengan prinsip by needs. Yang penting kualitas sama. Ada yang lucu juga sebetulnya. Masker hijauku yang biasa kubeli di apotek langganan, seharga dua puluh ribu lima buah. Sedangkan masker barusan, delapan belas ribu sepuluh buah.
Hmm...
...
Jakarta
9 November 2020
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H