Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Anakku Salah Pergaulan

2 November 2020   08:32 Diperbarui: 2 November 2020   17:44 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tut..Tuut...Tuuut... Seorang lelaki terlihat sibuk menelepon.

"Budi, cepat pulang! Ibu ingin ketemu kalian!" Di apotek bagian depan rumah sakit, dia berusaha keras menghubungi anaknya. Budi dan ketiga adiknya. Dia harus keluar sekadar untuk menelpon. Di dalam sulit sinyal.

"Baik Pak, Budi segera pulang" Jawab Budi tanpa sempat menanyakan mengapa harus pulang. Dia anak pertama. Sangat nurut orangtua. Apapun dilakukan demi orangtua tanpa banyak tanya. Begitu prinsipnya.

Lelaki itu punya empat anak. Semua merantau. Di usia senja pada masa pensiun, dia bersama istrinya tinggal berdua saja di kampung. Menghabiskan masa tua dengan beternak bebek dan ke sawah.

Anak kedua bernama Andi. Dia tinggal di pulau seberang. Bersama adiknya, Susi. Mereka bekerja di perusahaan paman. Mereka sudah tahu kabar ibu masuk rumah sakit dari paman langsung.

Sementara yang terakhir, tinggal di luar negeri. Lama sekali menjawab. Hampir sepuluh kali dihubungi, bahkan Bapak sempat menyerah. Untungnya, telepon kesepuluh dia merespon. Suaranya terdengar berbeda. Biasanya berat, sekarang agak tipis dan ringan.

Berselang dua hari, ketiga anak telah berkumpul di ruang perawatan. Tinggal si bungsu yang belum datang. Katanya, hari itu pesawatnya sampai. Dia jarang pulang ke rumah. Keberatan ongkos naik pesawat.

Tok tok tok. Terdengar suara ketukan pintu. Seseorang terlihat memasuki ruangan.

"Anda siapa ya?" Ibu setengah sadar bertanya. Bapak pun heran. Dia tidak mengenal sosok gemulai berambut panjang itu.

"Aku Dedi, Bu, Pak" Jawab wanita itu sembari berlari ke arah ibu. Tangan ibu dicium. Lututnya menyentuh lantai dan dia meneteskan air mata. Tersirat ada perasaan bersalah dan dosa besar.

"Apa? Kamu Dedi?" Ibu kembali mempertegas. Bapak mengernyitkan dahi tanda tak percaya. Setahu mereka, anak bungsunya laki-laki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun