Ibu mengambil kantung plastik hitam dan minyak angin. Diarahkannya ke depan mulutku dan dipegangnya leherku. Dipijat perlahan. "Keluarkan saja semua, Nak. Jangan ditahan-tahan"
Aku memang lemah dengan tikungan tajam. Perutku serasa terguncang. Apalagi, Pak Dodi, supir bus kami, mengendarai dengan kecepatan cukup tinggi.
Malam itu hujan deras sekali. Di sekitar minim penerangan. Banyak mobil besar lalu lalang di jalan. Aku berusaha tetap kuat, hingga kami keluar dari kelokan ini.
Tiba-tiba terdengar suara tabrakan yang sangat keras. Memekakkan telinga. Duaaaarrrrr!!! Tubuhku terpelanting. Pandanganku gelap.
***
Telah terjadi kecelakaan di kelok 10, kilometer 10, Kabupaten Medang. Sebuah bus menabrak truk pengangkut pasir dan tersasar ke rumah warga. Disinyalir penyebabnya, bus kehilangan kendali karena rem blong.
Berdasarkan olah TKP dan keterangan saksi mata, tercatat sebagian penumpang, terdiri dari 10 anak dan 10 orangtua beserta supir bus, tewas di tempat.Â
Sebagian lagi luka parah dan dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sementara itu, pengendara truk tidak ditemukan keberadaannya. Demikian dilaporkan perkembangan terkini dari tempat kejadian perkara.
Seorang reporter terlihat merapikan miknya. Beberapa tukang potret mengambil gambar sembari mewawancarai warga. Hujan masih turun dengan deras.
Bau busuk tajam menyengat dan menyelimuti. Raungan sirene ambulans datang silih berganti. Beberapa warga sibuk, bergotong royong mengangkut jenazah dan membersihkan puing-puing kendaraan dari tengah jalan.
Sebagian berteriak histeris, hingga pingsan, tak sanggup melihat banyaknya potongan jasad korban yang bersimbah darah.