"Halo!" Perkenalkan. Julukanku Buta. Aku yang menjuluki diriku sendiri. Baru-baru ini. Kamu mau dengar ceritaku? Kendati aku buta dan tak menarik?
Pertama-tama, aku berterima kasih kepada ayah. Dia rutin memberi kami makan. Iya, aku tinggal bersama teman-teman, dari berbagai ras, di kotak kecil ini. Kotak yang dibelikan ayah untukku.
Aku terlahir sebagai sosok yang berperut besar. Sangat besar, hampir enam per delapan tubuhku didominasi perut. Kamu jangan meniruku ya, hati-hati kamu kena penyakit. Kalau aku sih dari lahir memang sudah begini.
Tubuhku dibalut bintik-bintik timbul, berwarna putih. Bagi sebagian kamu, melihat bintikku seperti mutiara. Maka tidak heran, aku dijuluki mutiara sama kamu.
Iya, nama lengkapku, Mas Koki Mutiara. Di sini, aku berteman dengan Ranchu, Mata Gelembung, dan Oranda. Ada yang udah besar, ada yang masih kecil. Sepertinya ayah sengaja menempatkan mereka agar aku tidak kesepian.
Lima hari lalu, aku sedih. Kendati air mataku tidak bisa kamu lihat, aku terisak-isak sebetulnya. Aku kehilangan mataku. Pertama, mata sebelah kanan.Â
Entah jatuh ke mana. Beberapa saat kemudian, mata sebelah kiri menyusul. Kini, aku benar-benar buta. Tidak bisa melihat. Dunia serasa gelap.
Kendati begitu, aku tetap merasakan ayah masih sayang samaku. Setiap pagi dan sore, masih dia memberiku makanan. Aku tidak bisa melihat makanan itu, tetapi aku bisa mencium baunya.
Dengan semangat yang kubangun, bahwa aku tidak boleh sedih lama-lama, aku harus mencari makanan agar bisa bertahan hidup. Kuendus bau makanan itu, kulahap cepat-cepat. Sebelum temanku menghabiskannya.
Hingga kini, sudah lima hari aku hidup. Aku sehat, aku semangat. Mungkin kamu tidak tertarik melihatku, tetapi aku terhibur karena ayah masih menyayangiku.