Satuan, belasan, puluhan, atau mungkin ratusan? Kayaknya untuk pilihan terakhir, tak mungkin lah ya. Bisa jebol itu hape, hehehe.... Minimal kutebak ada tiga. WAG keluarga, rekan sekantor, dan teman. Mungkin ada yang ditambahkan WAG alumni, RT, arisan, dan lainnya.
WAG merupakan salah satu fitur Whatsapp di smartphone, yang bagi sebagian orang dirasa sangat menguntungkan. Bisa berbicara dengan orang banyak tanpa harus bertemu. Bisa mendapatkan informasi lebih cepat, tak terkecuali hoax. Bisa pula mengetahui kabar teman, masih sehat atau tidak.
Tidak sekadar kata-kata yang bisa dituliskan di sana. Ada gambar dan emoticon yang disediakan, untuk mengasyikkan dan menghangatkan perbincangan sesama anggota grup.
Nah, bagi Anda yang terdaftar sebagai anggota, pernahkah melihat anggota yang left/meninggalkan grup? Aku pernah. Sampai sejauh ini, aku sendiri juga pernah dengan sengaja left group. Mau left atau tetap bertahan, itu hak masing-masing. Tak ada yang bisa menyalahkan.Â
Dari sekian banyak fenomena left yang kulihat dan berdasarkan pengalaman sendiri, ada beberapa alasan kuat yang mendasari seseorang meninggalkan grup.
Tersinggung
Ada yang merasa tersinggung dengan candaan yang terlontar di grup. Ada pula yang tidak suka namanya dibahas. Biasanya setelah peristiwa tersebut, orang ini akan meninggalkan grup tanpa berita. Left begitu saja.
Di sinilah, menurutku, pentingnya di setiap kalimat candaan yang akan dituliskan, diberikan emoticon bercanda. Berarti, setiap pembaca mengerti bahwa dia sedang bercanda. Kendati, terkadang tidak lucu juga sih, hehe...
Tidak nyaman
Anggota WAG rata-rata terbagi dua jenis. Aktif dan pasif. Aktif adalah mereka yang suka meramaikan dengan segala perbincangan, baik penting maupun tak penting. Sedangkan pasif lebih kepada sekadar tahu informasi terbaru dari grup tanpa menanggapi.
Nah, bagi anggota pasif, keriuhan yang ditimbulkan anggota aktif bila melebihi kewajaran dan dirasa mengganggu, dapat membuatnya memutuskan untuk left grup. Semisal, malam-malam masih ramai dan perbincangannya pun ngalor-ngidul. Baginya, kehadiran grup dirasa tidak terlalu penting. Membuat tidak nyaman.
Kebanyakan grup
Alasan ketiga adalah terlalu banyak terdaftar sebagai anggota grup. Seperti pertanyaanku di awal, ada yang bisa belasan bahkan puluhan. Perbincangan yang timbul dari semua grup, terkadang membuat WA-nya bisa error, sehingga harus install ulang. Atau, membuatnya menjadi lebih lambat diakses. Nah, untuk memulihkan, dengan sopan dia izin meninggalkan grup.
Pindah kerja
Untuk grup pekerjaan, biasanya ada beberapa dari anggota mengalami mutasi/pindah kerja. Nah, karena dirasa substansi pekerjaan yang dibahas di grup terbatas dan rahasia, serta dia sudah tak ada kepentingan lagi di sana, maka secara santun dia akan meninggalkan grup.
Grup bersifat sementara
Ada beberapa grup yang memang dari awal diadakan tidak untuk permanen. Semisal, grup tim acara suatu event. Ketika event berakhir, biasanya admin akan membuat kesimpulan dan mempersilakan tiap-tiap anggota untuk dapat left group.
Tanpa dipersilakanpun, banyak yang undur dengan teratur.
Yah, itulah misteri mengapa orang memilih untuk meninggalkan grup. Sekali lagi, tak ada yang melarang. Tetapi tentu, seyogianya ada alasan yang mendasarinya.
...
Jakarta,
21 September 2020
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H