Senin, 17 Agustus 2020
Di malam hari peringatan kemerdekaan, aku kembali tergerak mengangkat kisah inspiratif seorang teman. Milenial dan produktif semasa pandemi. Dia adalah sosok ketiga yang kuungkap sejauh ini.Â
Aku baru sadar, lewat kedekatan dengan rekan kerja sehari-hari di kantor, ternyata ditemukan banyak kisah yang layak dituliskan. Sepertinya, aku memang dikelilingi banyak orang hebat (semoga ketularan hebat, amin). Btw, ke mana aja selama ini? Wakakakak...
Sosok milenial satu ini pertama kali kukenal di dunia tarik suara. Paduan suara. Dia mendaftarkan diri bergabung di komunitas paduan suara kantor (kebetulan saat itu aku menjadi koordinatornya), dan mengambil posisi sebagai suara tenor. Suara tiga, suara tinggi pria.
Aku, dia, dan anggota komunitas, sedikit banyak telah mewarnai beberapa acara perkantoran. Sesi hiburan di sela acara, baik seminar maupun rapat, kami ambil dengan mempersembahkan suara yang tentunya telah dilatih jauh-jauh hari.
Namanya Arief Rahman Hakim. Generasi milenial satu ini, selain bisa bernyanyi, ternyata cakap berpuisi. Bahkan, puisinya berjudul "Satu Kata:Hal-hal yang Perlu Kujelaskan"telah dibukukan dengan tebal 82 halaman, oleh penerbit Jeda.
menulis (berharap selamanya, hehe...), aku terdorong untuk menggali ilmu darinya. Percakapan kami pun berlangsung via whatsapp:
Berhubung sedang suka dunia tulisA Â Â Â : Aku
AR Â : Arief Rahman
...
A Â Â :Â Malam bro, aku dengar kamu nerbitin buku puisi ya? Selamat ya, turut senang. Btw, memang suka sastra dari dulu ya? Sejak kapan bro?
AR Â : Malam bang, thank you ya buat apresiasinya. Kalau sastra, saya sudah suka sedari kecil bang. Sejak SD sering buat puisi, lomba baca puisi, dan baca buku-buku sastra. Sebenarnya semua tertarik, puisi, cerpen, novel, dan sekarang lagi nulis semuanya. Cuman, yang lebih dulu selesai yang paling mudah, puisi. Mudah di sini dalam artian mudah ditulis dan dibaca yak, hehe...
A Â Â :Â Wah, berarti bukunya masih ada kelanjutannya nih, cerpen dan novel menunggu untuk terbit, hehe.... Btw, itu memang direncanakan sendiri, puisi yang diciptakan hendak dibukukan, atau ada dorongan dari orang lain?
AR Â : Dari diri sendiri, bang. Tentunya dengan dukungan teman-teman pembaca. Saya sering menulis beberapa sajak, monolog, dan tulisan lainnya dengan permainan diksi yang kiranya relate dengan suasana hati orang-orang.
A Â Â : Iya memang, kalau tulisan lekat dengan perasaan, lebih mengena. Gimana ceritanya sampai jadi buku puisinya?
AR Â : Awalnya dari sharing di Komunitas Sastra tentang bagaimana menulis buku dan lain sebagainya. Sampai di situ, ada teman-teman yang memberikan saran dan masukan untuk menerbitkan buku.
A   : Dukungan teman sekitar memang besar ya berarti. Secara garis besar isinya tentang apakah? Pengalaman pribadi atau…
AR Â : Garis besar buku saya sebenarnya bisa dilihat melalui trailernya di instagram saya. Buku ini berisi puisi, puisi mini, dan monolog. Sesuai judulnya, buku ini merupakan penjelasan dari tiap-tiap kata hati yang mungkin susah untuk dijelaskan oleh orang. Saya berharap buku ini dapat menjadi teman pembaca dalam setiap senyum-senyum dan pilu-pilu sendirian.
A Â Â Â : Wiiihh, mantaaaaapp... Bagi teman-teman yang tertarik di dunia puisi, bolehlah sedikit dikasih tipsnya agar mahir menulis puisi hingga bisa dibukukan bahkan.
AR Â : Saya percaya, setiap orang memiliki kemampuan menulis. Lalu, kemampuan ini sering kali tecermin dari apa-apa yang sering dia baca. Maka mulailah keinginan menulis dengan membaca. Setelah membaca, kita akan menemukan style tulisan yang kiranya membuat nyaman. Ketika sudah di titik itu, mulailah menulis. Kita akan mendapatkan bahagia.
A Â Â Â : Wah, mantul tipsnya. Aku sependapat, menulis bisa membuat bahagia. Thank you ya buat inspirasinya malam ini. Aku tunggu karya-karya selanjutnya, yang pastinya lebih menginspirasi.
AR Â : Amiiiinnn bang. Terima kasih banyak juga ya bang.
Ketika aku berselancar di youtube, bukunya pun telah diulas oleh salah seorang penulis Indonesia, Pringadi Abdi Surya.
Bagiku pribadi, menerbitkan buku puisi di tengah pandemi itu luar biasa. Tanda bahwa pandemi bukan menjadi halangan untuk tetap produktif. Sungguh, semakin mengobarkan semangatku untuk terus menulis.
Selamat ya Bro Rahman, atas buku puisinya. Semoga keterusan terbit buku-buku karya selanjutnya. Kiranya juga, tulisan ini bisa menjadi inspirasi bagi para pembaca untuk terus berkarya.
Secarik kutipan:
"Tuhan, jika memang surga adalah tempat bermukimnya keindahan yang hakiki, aku yakin di sana ada dia dan puisi-puisi."
..
Selamat beraktivitas kawan,Â
Semoga sehat selalu.
....
Jakarta,
18 Agustus 2020
Sang Babu Rakyat