Sebuah cerita tentang seorang teman yang menginspirasi saya untuk tetap produktif di segala situasi
Pandemi Covid19 sepertinya masih akan menjadi pandemi, setidaknya hingga akhir tahun ini. Perubahan yang dirasakan karenanya menuntun orang untuk lekas beradaptasi. Imbauan menjauhi kerumunan untuk sementara waktu juga terus digaungkan. Bila tidak penting-penting amat, lebih baik berdiamlah di rumah. Daripada terkena atau menyebarkan virus, sangat berbahaya.
Atas hal tersebut, kita paham betul rumah menjadi lokasi utama segala aktivitas. Mulai dari kegiatan belajar mengajar, bekerja, beribadah, sebagian besar masih dilakukan di rumah. Jikalau terpaksa dilakukan di luar, diperbolehkan dengan syarat penerapan protokol kesehatan yang ketat. Untuk melindungi diri dan sesama.
Karena sedikit mobilitas yang dilakukan di luar rumah, maka banyak waktu tersedia di rumah. Selain bekerja, bisa dihabiskan untuk kegiatan produktif lainnya. Atau dibunuh dengan kegiatan bermalas-malasan, sah-sah saja. Toh, setiap orang bebas menggunakan waktu yang dimilikinya. Untuk teman saya yang satu ini, dia memilih produktif.
Salah satu karya saya berjudul "Menolak Mati", sebuah puisi sederhana yang ditulis sebagai bentuk penghormatan kepada Alm. Eyang Sapardi Djoko Damono, menggunakan lukisannya. Intan Nur Shabrina namanya.
lukis yang disukai sebagian orang. Beberapa di antaranya, ada yang berhasil menjuarai lomba. Di masa pandemi ini, dia pun tidak berhenti melukis, bahkan lebih produktif.
Dia adalah rekan kerja saya. Seorang pelukis wanita milenial yang tercatat memiliki kurang lebih 10.000 pengikut di media sosial instagram. Di usianya yang terbilang muda, dia berhasil menghasilkan karyaSiang ini saya tertarik untuk mengangkat cerita produktivitasnya. Melalui whatsapp di jam istirahat, saya mewawancarainya.
S : Saya
IN : Intan Nur Shabrina
...
S : Siang Tan, lagi ngapain? Ngelukiskah?
IN : Siang juga, Bang. Lagi istirahat nih Bang. Nanti ngelukisnya, kalau ada waktu luang setelah selesai kerja. Ada apa Bang?
S : Ini Tan, saya kagum lho dengan indahnya lukisan dan produktivitasmu selama pandemi ini. Boleh berbagi sedikit cerita?
IN : Sangat boleh Bang. Apa kiranya yang bisa saya ceritakan?
S : Sejak kapan sih Tan, mulai menggeluti dunia lukis melukis?
IN : Saya sudah mulai serius menekuni hobi melukis sejak SMP Bang, kalau suka menggambar sudah dari TK.
S : Ebuset. Pantesan sekarang jago ngelukis ya, lah dari TK udah terbiasa gambar, hehe.... Terinspirasi dari siapa Tan?
IN : Dulu, sosok yang pertama kali memperkenalkan saya pada seni lukis adalah guru seni rupa saya, namanya Pak Suim. Beliau inspirator pertama saya. Kalau seniman Indonesia, dari zaman SMP saya suka dengan karya-karya Affandi Koesoema dan Basuki Abdullah.
Untuk luar negeri, gaya lukisannya Johannes Vermeer saya suka. Khusus sekarang ini, sebenarnya banyak sekali yang menjadi inspirasi saya, karena seni lukis kan cenderung dinamis ya. Di antaranya, ada Lukman Reza Mulyono dan Elfandiary. Mereka sama-sama mahir melukis menggunakan cat air (watercolor).
S : Oh gitu. Banyak ya idolanya. Kalau boleh tahu, melukis itu gimana sih caranya? Susah atau mudah belajarnya? Untuk medianya, pakai apa aja?
IN : Saya sendiri melukis pakai media cat air di kertas khusus cat air. Kertasnya tebal, jadi nggak gampang robek. Dulu sebelum pakai cat air, sempat dengan pensil warna. Tapi ternyata makin ke sini saya lebih nyaman dengan cat air.
S : Terus, bagaimana cara membagi waktu antara hobi melukis dengan kesibukan bekerja?
IN : Bagi saya melukis sudah menjadi kebutuhan, jadi kalau sehari nggak gambar atau paling engga bikin sketsa corat-coret gitu, rasanya hampa. Bagai sayur tanpa garam gitu, kurang enak kurang sedap, hehe...
Jadi, tiap hari pasti meluangkan waktu untuk menggambar. Kebetulan juga, pekerjaan di kantor masih berhubungan dengan hobi, sering kali membuat ilustrasi juga untuk konten kantor. Tapi kuncinya adalah ketika jam kerja, wajib bekerja, sedangkan di luar jam kerja lanjut deh proyek pribadi. Hehe...
S : Oh, memang harus pintar-pintar bagi waktu ya. Btw, semasa pandemi ini, sudah menghasilkan lukisan berapa banyak?
IN : Wah banyak sekali. Lebih dari 50 gambar sepertinya, hehehe...
S : Luar biasa. Produktif sekali. Kayaknya udah dapat banyak penghargaan nih, hehe...
IN : Ada Bang. Alhamdulillah, pernah dapat penghargaan lumayan banyak waktu SMP dan SMA. Dulu, sering ikut lomba lukis dan poster yang diadakan oleh dinas pendidikan, dinas kesehatan, dan yang lainnya.
Namun, belum sampai ke taraf tingkat nasional. Untuk sekarang ini, Alhamdulillah saya bersyukur, pernah menjadi pemenang kompetisi desain produk dalam bentuk bandana.
Dan yang paling membuat saya bahagia adalah desain saya terpilih sebagai salah satu pemenang kompetisi desain masker yang diadakan oleh suatu brand yang sudah dikenal di kancah internasional. Beberapa kali sempat submit untuk pameran dan ternyata lolos juga.
S : Astaga, saya gag bisa berkata banyak deh. Kereeeenn bangettss. Bolehlah dibagikan sedikit tips, manatahu ada pembaca yang tertarik dan terinspirasi menjadi pelukis.
IN : Untuk teman-teman yang suka menggambar dan tertarik dengan hal-hal berbau seni rupa, jangan pernah takut untuk mencoba. Banyak sekali yang curhat kepada saya “Bagaimana sih memulai untuk menggambar, karya-karyaku belum bagus, takut untuk posting”.
Teman-teman jangan pernah takut atau minder untuk menunjukkan karya kalian. Karena dengan berani menunjukkan karya, kita akan tahu kekurangan karya dimana.
Melalui masukan orang lain pula, kita dapat semakin mengembangkan karya. Dan seiring terus menerus berkarya, maka kemampuan akan semakin unggul. Paling penting adalah konsistensi.
S : Btw, thank you ya Tan, luar biasa ceritanya siang ini. Saya ketularan semangat produktifnya nih, hehe...
IN : Sama-sama Bang, semoga bisa bermanfaat ya.
Dari perbincangan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pandemi bukan menjadi halangan untuk produktif. Kita tetap bisa menghasilkan karya-karya yang sedikit banyak menginspirasi orang. Apalagi, kalau semangat produktifnya tertular, lebih bagus lagi. Seperti sekarang ini, saya ketularan produktif dari dia. Bukan melukis tapi ya, melainkan menulis, hehe...
Karena semua orang punya bakatnya masing-masing. Yuk, tetap produktif semasa pandemi. Terima kasih, Intan, telah berbagi cerita inspirasi seputar produktif semasa pandemi.
Bagi yang ingin belajar lebih lanjut, silakan lihat instagramnya.
...
Jakarta,
11 Agustus 2020
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H