Pesan pasif yang kedua datang dari pemerintah. Ada Tim Gugus Tugas Covid19 yang memperingatkan larangan mudik untuk mengendalikan penyebaran virus Corona. Dulu, saat Lebaran.
Ada dari BNPB, yang berpesan untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Ada pula dari Kementerian Kesehatan, terkait waspada penyakit Demam Berdarah dengan melakukan 3 M, menguras, menutup, dan mengubur. Pokoknya, kalau pesan yang datang dari pemerintah, rata-rata imbauan dan anjuran demi kebaikan dan kesehatan kita.Â
Selebihnya
Untuk menerima kode khusus semacam password dari aplikasi dan pemberitahuan pulsa paket internet habis, SMS sarananya. Untuk percakapan dan kirim pesan antar teman bagaimana? Saya pakai sedikit sekali untuk ini, bisa dihitung dengan jari. Hanya lima frekuensi. Mengapa sedikit? Karena banyak fitur yang lebih bagus daripada SMS. WhatsApp (WA) salah satunya.Â
Selain kirim pesan, di WA kita bisa update story, komen story, melihat gambar orang, tergabung dalam grup, mengecek pesan telah dibaca belum, video call, dan lain-lain, yang semuanya tentu lebih menarik dan tidak disediakan oleh SMS.Â
Maka tidak heran, jika lama kelamaan nanti, penggunaan SMS sebagai sarana komunikasi akan semakin jauh dari minat banyak orang. Sekarang pun sepertinya sudah terlihat.
Karena segala sesuatu yang tidak berkembang sesuai tuntutan zaman, lambat laun pasti akan ditinggalkan.
Jadi, bagaimana dengan Anda? Apa aja isi SMS di ponsel Anda? Hehe...Â
...
Jakarta,
6 Agustus 2020