Selalu ada pertanyaan dalam kehidupan manusia.
Di dunia pendidikan, pertanyaan diajukan oleh murid yang tidak mengerti dan guru menjawabnya. Sebaliknya, setelah mengajar guru pun bertanya, apakah murid semua mengerti dan murid menjawabnya. Gegara Covid19, tanya jawab di sekolah ini beralih melalui metode pembelajaran jarak jauh (PJJ), dengan segala cerita kurang lebihnya.Â
Selain di level pendidikan wajib, PJJ juga ada di pendidikan tinggi. Banyak dosen dan mahasiswa melaksanakan perkuliahan bermodal gawai yang dipunyai. Interaksi tanya jawab pun ada. Lebih rumit dan kompleks pastinya.Â
Waktu zaman penulis kuliah, sebelum Corona datang, interaksi tanya jawab mendapatkan nilai tersendiri dari dosen. Disebutnya nilai keaktifan, nilai bagi mahasiswa yang rajin bertanya, di mana terkadang dapat mengungkit nilai ujian yang tidak tertolong. Karena itu, banyak juga yang berlomba mendapatkan nilai ini dengan aktif bertanya di kelas, hehehe...
Sesama rekan kerja pun pasti ada saling bertanya. Tentang pekerjaan yang tidak dimengerti, peraturan yang sedang berlaku, atau sekadar bertanya kabar satu sama lain.
Sebagian kita yang pernah mengenyam pendidikan bahkan mungkin tergolong tenaga kerja terdidik, tentu memiliki kemampuan membaca dengan analisis dan daya kritis yang lebih baik daripada tingkatan sekolah dasar. Setidaknya, mampu menangkap pesan dari setiap bacaan.
Nah, terus apa hubungannya bertanya dengan membaca? Sangat erat. Seseorang yang rajin bertanya, seyogianya membaca terlebih dahulu. Tidak sembarangan bertanya, alih-alih menutupi sifat malas membaca. Sebuah semangat mempraktiskan diri sendiri dengan merepotkan orang lain.
Alangkah lebih baik sebagai orang yang terdidik sedari kecil, kita bertanya semisal setelah:
Membaca namun tidak mengerti;
Setelah membaca, mungkin kita sulit memahami apa yang dibaca, karena bahasanya terlalu tinggi atau hal tersebut baru, sama sekali belum pernah kita tahu. Memang diakui, kemampuan mengerti tiap-tiap orang berbeda, tergantung seberapa seringnya kegiatan membaca dilakukan.
Nah, atas ketidakmengertian ini, barulah bertanya kepada sosok yang lebih paham, agar tercerahkan.
Membaca tetapi berbeda pengertian
Seusai membaca, kita mengerti dari sudut pandang kita, tetapi ternyata berbeda dengan sudut pandang orang lain. Nah, perbedaan pengertian ini dapat ditanyakan dasar pemahamannya kepada orang tersebut, agar terjadi kesepahaman persepsi dalam mengartikan sebuah bacaan.
Adakalanya pula kita hanya mengerti sebagian, sehingga perlu bertanya agar keseluruhan arti dapat dipahami.
Jadi, biarlah kebiasaan bertanya yang tidak sembarangan ini tertanam dalam diri kita. Bukan bermaksud mengajari dan sama sekali tidak ada yang salah dengan bertanya, tetapi jangan sampai di balik kerajinan bertanya, ternyata tumbuh subur budaya malas membaca.Â
Bukankah bila bisa dikerjakan sendiri, kita memilih untuk tidak merepotkan orang lain? Semoga dunia literasi dan semangat membaca di negara ini semakin maju.Â
...
Jakarta
31 Juli 2020
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H