The floor is yours
Ketika kita telah diberi kesempatan untuk bernyanyi, maka panggung tempat kita bernyanyi adalah istana kita. Tidak ada yang berhak menginjak panggung tersebut selain kita, setidaknya dalam dua puluh menit ke depan. Penulis rasa, ketika kita bernyanyi satu lagu, tidak mungkin lamanya lebih dari dua puluh menit. Kalau satu album, baru iya, hehe.
Kita bebas melakukan apa saja di istana kita. Baik untuk perluasan koreografi yang sebelumnya telah diajarkan oleh pelatih ataupun hasil berkreasi sendiri, maupun pada saat improvisasi nada ketika bernyanyi.
Pemikiran ini perlu kita tanamkan baik-baik di benak kita, agar kita tidak terkekang dan nyaman dalam beraksi di atas panggung. Â
Semua manusia sama derajatnya
Di hadapan Tuhan, semua manusia sama derajatnya. Baik itu juri, komentator, pesaing bernyanyi, penonton, pejabat yang hadir, serta siapapun yang sedang menyaksikan kita bernyanyi, semua sama derajatnya.Â
Semua berhak bernyanyi dan tidak ada yang bisa melarang ini. Ketika kita memahami benar bahwa semua manusia memiliki persamaan dalam hak asasi manusia (termasuk bernyanyi).
Maka meskipun kita adalah pegawai biasa yang jauh tingkatannya di bawah penonton yang adalah pejabat, meskipun kita masih amatir jauh dibawah juri yang adalah penyanyi terkenal, itu tidak akan mengusik sedikitpun rasa percaya diri dan keberanian kita untuk bernyanyi di depan mereka. Iya, siapapun itu, semua berhak untuk bernyanyi.
Ini bisa membuat kita bernyanyi dengan lepas serta tidak takut kepada siapapun.
Hormati setiap tanggapan
Dalam setiap akhir dari proses bernyanyi, pasti akan muncul tanggapan. Mulai dari tanggapan membangun, tanggapan mengkritik, maupun yang menjatuhkan, semua berpotensi ada.Â