Sesuatu yang minta ditebak. Untuk yang edisi silang, bila benar tebakannya, bisa pula kita mendapat hadiah. Zaman dahulu, buku TTS sering ditemukan tampilan wanita berpakaian seksi di muka bukunya, sama seperti yang terlihat di bagian belakang truk-truk yang lalu lalang di jalan raya.Â
Tujuannya ini pasti, dibahagiakan dulu di awal, supaya bisa berpikir dan berpusing-pusing ria di akhir. Kalau buat supir truk, supaya tidak mengantuk ketika berkendara. Hehe.. Â
Teka-teki pun sama seperti diam. Pikiran seseorang yang diam, sangat sulit sekali untuk ditebak, karena tidak mereka kemukakan hasil pikirnya, melalui pendapat yang disampaikan secara verbal. Bagaimana kita tahu cara pandang orang tersebut, ketika mereka hanya diam?
Dari sinilah rasa penasaran penulis mulai tergugah. Berusaha menerka-nerka apa jawaban untuk teka-teki diam, dan mencoba merangkumnya. Inilah dia:Â
- Setuju atau Tidak Setuju
Dalam sebuah musyawarah, setiap peserta yang ikut diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya. Ini pernah penulis bahas sebelumnya di artikel dengan judul Semua Bermula dari Sujiwo Tejo.
Atas setiap pendapat yang dikemukakan, pemimpin rapat biasanya juga memberikan kesempatan bagi siapa yang ingin beragumentasi menyanggah ataupun menguatkan pendapat tersebut. Sering juga terlontar pertanyaan kepada para peserta, "Siapa yang tidak setuju, silakan berpendapat". Ataupun ketika pengambilan suara terbanyak, kalimat berubah menjadi seperti ini, "Siapa yang setuju boleh angkat tangan".
Nah, di kalimat pertama, diam berarti setuju, sementara untuk yang kedua, diam berarti tidak setuju. Iya, tanpa kita sadari, kadang kala cara menyatakan setuju atau tidak setuju bisa semudah itu, dengan diam. Hehe...
- Memberikan Waktu untuk Berpikir
Ssstt...
Harap tenang, lagi ada ujian.
Inilah tulisan yang kerap dipajang di depan sekolah, ketika masa-masa ujian tiba. Ketenangan dan keheningan memang sangat mendukung seseorang dalam membangun pola pikirnya. Sebaliknya, kebisingan merupakan kendala utama yang mengganggu mereka untuk berpikir.
Iya, terbukti memang, kontemplasi terkait pencerahan hidup banyak muncul dan ditulis oleh orang yang sedang berpikir dalam kesunyian. Merenung.
- Tidak Suka Banyak Bicara
Mungkin alasan orang tidak suka banyak bicara adalah takut salah. Takut diserang pendapatnya, sehingga memilih untuk diam dalam setiap percakapan. Atau memang kebiasaan dia yang tidak suka banyak bicara, karena ingin berusaha bijak dalam berbicara dan tidak ingin melukai hati sesamanya karena ucapannya.Â
Yang kedua ini besar dipengaruhi oleh kepercayaan yang berkembang di masyarakat, yang bilang bahwa setiap omongan nantinya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Yang Maha Kuasa.
- Memilih untuk Mendengar
Ini adalah sebuah cara yang bijak ketika menghadapi orang yang sedang berbicara. Tandanya, kita menghormati orang tersebut dalam menyampaikan pendapatnya, dengan tidak memotong bicaranya. Iya, memilih untuk mendengar.
Bijak yang lain adalah ketika diterapkan saat menghadapi orang yang lagi curhat. Kalau tidak diminta nasihat dan pendapat olehnya, lebih baik kita dengarkan saja. Karena terkadang, mereka hanya ingin didengar saja.
- Lagi Bingung
"Lho kok kamu gag berpendapat tadi waktu rapat?"
"Saya bingung pak."
Nah kebingungan biasa melanda seseorang dalam rapat, ketika dia tidak bisa paham dengan baik apa yang sedang dibahas dalam rapat. Orang-orang ini biasanya yang baru pertama kali rapat dan masuk di tengah sesi rapat. Ini wajar, karena tidak mengikuti rapat dari awal.
- Menghadapi Orang Marah
Diam adalah pilihan yang bijak dalam menghadapi orang yang sedang marah. Ketika marah, orang cenderung sulit untuk berpikir rasional, karena logikanya telah tenggelam dalam lautan emosinya. Orang marah pun tidak suka untuk dilawan, malah kemungkinan akan semakin menjadi emosinya.
Nah, supaya tidak semakin panjang perkara, lebih baik kita diam saja. Nanti setelah tenang, baru kita kemukakan cara pandang kita kepadanya.Â
- Terpukau
Terpana dengan penampilan seseorang, semisal kecerdasan dan kecantikan, akan membuat kita diam dalam menatapnya. Iya, dia berhasil mencuri waktu kita sejenak, sampai-sampai membuat kita melongo.Â
"Gag papa sih, lha wong dia cantik. Rela kuhabiskan waktuku hanya untuk memandangi dia." Gumam kita dalam hati. Hihi...
- Abai
"Udah, diemin aje, toh dia juga udah gedhe." Secara tersurat tidak ada kata abai dalam kalimat itu, tetapi tersiratnya, seluruh kata di kalimat bisa dirangkum dalam satu kata, abai.
Memang, abai terkadang perlu, agar melatih orang untuk berpikir sendiri dan belajar dari kesalahan yang telah dialaminya. Kalau semua harus dibilangin, jadi seperti anak kecil lagi deh, hehe.Â
- Tidur
Kenyang, semilir, santai, diem, terus tidur. Kebiasaan nih, wkakakaka.
Ini adalah saat yang paling menyenangkan ketika pekerjaan telah selesai. Iya, tidak ada tidur yang berisik, kecuali kalau memang terbiasa ngorok, hehehe.
Menutup tulisan ini, akan penulis lengkapi dengan pepatah kuno yang berkata bahwa "Diam itu Emas".
Iya, emas, ketika saatnya tepat.
Jakarta
5 Juli 2020
Sang Babu Rakyat Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H