Tulisan adalah sebuah bentuk ekspresi yang disuarakan melalui kata-kata. Tulisan juga merupakan hasil olah pikir kritis manusia akan suatu hal yang terjadi. Mereka, tidak didengungkan lewat bunyi, melainkan dicoretkan di atas kertas.
Banyak orang telah terkenal karena tulisan. Bahkan orang-orang yang hidup di masa silam, yang umurnya sangat jauh dari umur kita, nama mereka masih harum terdengar sampai sekarang, karena tulisan. Iya, tulisan sanggup melintas dari generasi ke generasi, dan dia abadi.
Tentunya, kebanyakan orang pasti ingin tulisannya terkenal. Terkenal karena berkualitas, bermanfaat, dan menginspirasi banyak orang. Tetapi keinginan itu akan pupus, ketika kita tidak disiplin menerapkan ketiga hal ini.
Banyak bacaan yang telah tersedia di berbagai media. Ketika alasan kita adalah capek karena perlunya mobilisasi ke perpustakaan yang cukup jauh, maka cukup aktifkan perangkat handphone kita, dan carilah bacaan dengan menjelajah secara virtual. Dalam hal ini, kita juga harus pintar memilih sumber bacaan kita, tentunya dari yang terpercaya, bukan dari sumber yang suka memberitakan kebohongan.
Sumber untuk menciptakan tulisan salah satunya dari pendengaran. Para reporter dan wartawan pasti kenal dekat dengan ini. Iya, setiap hari mereka mewawancarai berbagai narasumber, mendengarkan cerita mereka para orang terkenal, mulai dari pejabat negara, artis ibukota, influencer (orang yang memberikan pengaruh), orang-orang sukses, dan masih banyak lagi. Mereka ingin tahu dan menggali lebih banyak informasi dari mereka, yang telah terkenal dan menginspirasi banyak orang tersebut. Selain itu, juga karena itu memang pekerjaan mereka.
Untuk mempermudah pekerjaan, hasil wawancara pun biasanya direkam di recorder. Kemudian, mereka dengarkan dan tulis sebagai berita di media massa. Metode perekaman tersebut sangat baik gunanya, karena mereka bisa mendengarkan berulang kali, sehingga potensi ada kata yang terlewat tercatat semakin kecil. Hal ini tentunya jauh lebih baik dibandingkan apabila mereka mencatat di saat narasumber berbicara.
Bila kita tidak bisa menjangkau mereka, orang terkenal itu, cerita-cerita bijaksana dan menginspirasi pun dapat kita dengarkan dari pengalaman orang yang terdekat dengan kita, orang tua. Iya, pastinya orang tua telah banyak memakan asam garam dari peristiwa hidup yang dilalui, menganalisisnya, dan menceritakan segala yang baik yang seharusnya anaknya kerjakan. Tidak ada satupun orang tua yang ingin anaknya terperosok jatuh seperti kejadian di masa kelam mereka. Maka, sangat perlu kita dengar-dengaran kepada orang tua, agar bijaksana dan inspirasi hidup mereka, tersalur kepada kita.
Apa yang telah dibaca dan didengar, segeralah ditulis. Kenapa penulis katakan segera? Karena ketika ditunda, maka semangat untuk menulis lama kelamaan berpotensi tergerus. Ini juga belum memperhitungkan kekuatan pikiran kita dalam mengingat apa yang telah dibaca dan didengar, yang pastinya tiap-tiap orang berbeda-beda. Dan puncaknya, ketika virus malas telah menyerang, saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal, wahai tulisan.
Tulisan yang berkualitas akhirnya tercipta hanya karena menulis berulang-ulang. Ketika menulis, kita belajar untuk berbahasa yang baik, benar, serta mengoreksi segala kesalahan yang kita temukan, yang kita ciptakan sendiri. Selain itu, kita berusaha juga untuk berpendapat secara bijak, agar tulisan itu bermanfaat bagi para pembaca. Seperti peribahasa kuno mengatakan, "Alah bisa karena biasa", maka kita bisa menulis hal yang berkualitas hanya karena telah terbiasa.
Jadi, mari kita tetap kokohkan tiga pilar ini, agar semakin hari kualitas tulisan kita semakin bagus.Â
Bermanfaat, menginspirasi, bahkan mengubahkan kehidupan banyak orang.
Jakarta,
3 Juli 2020
Sang Babu Rakyat