Akhir-akhir ini adalah musimnya orang semangat berlomba-lomba membuat konten. Mulai dari rakyat jelata yang melek HP, artis-artis ternama yang sudah hengkang dari dunia pertelevisian, sampai kepada para petinggi negara, semuanya membuat konten.
Dari konten yang sarat akan inspirasi (bahkan konspirasi), konten yang ampuh menggugah rasa simpati dan empati, tidak terkecuali pula konten yang menghibur dan efektif membuat orang tertawa cekikikan. Konten tersebut pun menjadi muatan utama yang diunggah di beberapa media sosial, untuk dinikmati oleh banyak masyarakat Indonesia.
Semangat pembuatan konten ini, selain berdampak baik untuk melatih kreativitas otak dalam berpikir, juga berdampak baik untuk mempertambah tingkat ketebalan dompet.
Iya, beberapa pemilik media sosial membayar si pembuat konten atas kontennya, dengan jumlah rupiah yang terkadang fantastis pula. Sehingga tak heran, banyak yang rela berjam-jam bahkan berhari-hari, menghabiskan waktunya, untuk membuat konten yang terbaik, baik dari sisi visual maupun audio.
Bahkan, ada juga beberapa orang yang membuat ini sebagai mata pencaharian utama dalam hidupnya. Cukup menjanjikan memang.
Dalam perlombaan itu, ketika diukur dari isi konten, tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah, karena semua konten memiliki kelebihan dan kelemahannya di bidang masing-masing.
Konten yang menginspirasi tidak bisa disandingkan dengan konten hiburan, dan konten yang mengulas konspirasi tidak bisa diperbandingkan dengan konten yang menggugah simpati dan empati.
Namun ada satu cara mengenal secara gampang siapa juara dari lomba ini. Lihatlah kuantitas dari likes (jempol) dan kualitas dari komentar. Iya, keduanya ini sudah seperti sepasang suami istri yang baru menikah, yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Maunya lengket terus, hehe.
Ada jempol, pasti ada komentar. Untuk media sosial tertentu, ada yang lengkap dengan fitur dua macam jempol, yaitu jempol ke atas dan jempol ke bawah. Jempol ke atas menggambarkan penonton suka dengan kontennya, dan sebaliknya, jempol ke bawah menggambarkan ketidaksukaan penonton akan kontennya.
Biasanya yang memberi jempol ke atas, sekaligus memberikan komentar positif di kolom komentar, dan pasti mengungkapkan sisi baik dan bagusnya dari konten yang disajikan, yang notabene berdasarkan hasil pandangan subjektif.Â